4 Fakta Dibalik Penghentian Penjualan Bedak Bayi Johnson & Johnson 2023 Mendatang

Minggu, 14 Agustus 2022 | 12:45 WIB
4 Fakta Dibalik Penghentian Penjualan Bedak Bayi Johnson & Johnson 2023 Mendatang
Bedak bayi Johnson & Johnson (foto: ilustrasi).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, pastinya sudah tidak asing lagi dengan merk bedak bayi Johnson & Johnson.

Merek bedak ini sudah lekat dengan masyaralat, khususnya yang memiliki bayi atau balita. Sebab Johnson & Johnson adalah salah satu produsen bedak bayi berbasis talc yang terkemuka, tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.

Namun ada kabar mengejutkan dari Johnson & Johnson. Produsen bedak bayi tersebut menyatakan akan berhenti memproduksi dan menjual bedak bayi pada 2023 mendatang.

Apa yang menyebabkan Johnson & Johnson mengambil keputusan itu? Berikut ulasannya.

Baca Juga: Johnson & Johnson Hentikan Penjualan Produk Bedak Bayi, Disebut Ada Kandungan Penyebab Kanker

1. Menghadapi ribuan tuntutan hukum

Keputusan Johnson & Johnson untuk menghentikan produksi dan penjualan bedak bayi berbasis talc, dilatari dengan adanya 38 ribu tuntutan hukum dari para konsumen dan penyintas kanker.

Mereka mengklaim produk bedak talc yang diproduksi oleh Johnson & Johnson dapat memicu kanker, karena terdapat kontaminasi asbes dan karsinogen di dalamnya.

2. Johnson & Johnson beri bantahan

Menanggapi puluhan ribu tuntutan hukum tersebut, Johnson & Johnson membantah tuduhan tersebut dengan menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengujian saitifik selama puluhan tahun.

Baca Juga: Bedak Bayi Johnson Berhenti Dijual, Disebut Ada Kandungan Penyebab Kanker

Hasilnya tidak ditemukan kandungan berbahaya dalam bedak talc produksi mereka. Dengan tegas Johnson & Johnson menyatakan bedak mereka aman untuk digunakan.

3. Reuters selidiki kandungan bedak Johnson & Johnson

Dugaan adanya kandungan berbahaya dalam bedak talc yang diproduksi Johnson & Jonson mendorong Reuters melaukan penyelidikan pada 2018 silam.

Hasilnya, Reuters menemukan bahwa selama dalam beberapa dekade, Johnson & Johnson mengetahui kalau ada kandungan asbes dan karsinogen dalam bedak talc yang diproduksinya.

Berdasarkan catatan internal perusahaan, kesaksian persidangan dan bukti lainnya, menunjukkan bahwa bedak mentah dan bubuk jadi Johnson & Johnson terkadang diuji positif mengandung asbes.

Dan disebutkan bahwa hal tersebut telah terjadi setidanya sejak tahun 1971 hingga awal 2000-an.

4. Johnson & Johnson hentikan penjualan sejak 2020

Keputusan perusahaan farmasi Johnson & Johnson untuk menghentikan penjualan bedak tabur ternyata telah diambil sejak 2020 lalu.

Ketika itu, Johnson & Johnson memutuskan untuk menghentikan penjualan bedak taburnya di Amerika Serikat dan Kanada.

Namun keputusan penghentian penjualan itu tidak dikaitkan dengan dugaan adanya bahan berbahaya dalam beda yang mereka produksi.

Alih-alih mengakui hal tersebut, Johnson & Johnson menyatakan permintaan atau demand akan produk mereka menurun akibat adanya ‘tuduhan’ keamanan produknya.

Kontributor : Damayanti Kahyangan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI