Turunkan Stunting di Indonesia, Ini 3 Upaya yang DIlakukan Kementerian Kesehatan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 12 Agustus 2022 | 18:37 WIB
Turunkan Stunting di Indonesia, Ini 3 Upaya yang DIlakukan Kementerian Kesehatan
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Keterangan Pers Menteri terkait Hasil Ratas PPKM, Kantor Presiden 18 April 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (18/4/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebut penurunan stunting bisa dilakukan dengan program yang tepat. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mencapainya?

“Kita ditugaskan menurunkan angka stunting dari 24% ke 14% di tahun 2024. Kita sudah belajar bahwa intervensi atau program yang harus kita lakukan untuk bisa menurunkan stunting, fokus diarahkan bagi wanita sebelum melahirkan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan yang diterima Suara.com, berikut ini.

Menkes Budi menerangkan fokus intervensi ditujukan pada wanita sebelum melahirkan, baik remaja di kelas 7 keatas dan juga pada saat ibunya hamil. Sebab periode tersebut merupakan titik krusial pencegahan stunting.

Ilustrasi anak sehat tanpa stunting. (Foto oleh Naomi Shi dari Pexels)
Ilustrasi anak sehat tanpa stunting. (Foto oleh Naomi Shi dari Pexels)

Menkes menjelaskan upaya pertama pencegahan stunting adalah pemberian TTD bagi para remaja putri. Kegiatan ini telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah dengan 3 paket intervensi yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.

Baca Juga: Viral, Gerak Jalan di Buleleng, Siswa SMA Ini Pakai Kostum Bayi Bebas Stunting

“Untuk remaja kita harus pastikan mereka tidak kekurangan gizi dan zat besi, jadi harus ada program untuk memastikan para remaja kita sebelum hamil tidak kekurangan zat besi. Salah satunya dengan pemberian TTD di sekolah-sekolah,” terang Menkes.

Intervensi kedua, dengan pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.

“Gizi dan zat besi pada ibu hamil harus tercukupi. Programnya adalah kita kasih makan yang cukup, untuk melaksanakan ini kita butuh bantuan Pemda. Kita juga memberikan USG ke seluruh puskesmas, kita wajibkan ibu-ibu datang minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnnya cukup atau tidak. kalau tidak kita bisa segera lakukan intervensi,” terang Menkes.

Upaya ketiga, lanjut Menkes, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Dikatakan Menkes, protein hewani ini tidak perlu yang mahal. Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan di sekitar kita.

“Yang paling penting menurunkan stunting dengan menambahkan protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging dan susu. Terserah di masing-masing daerah yang tersedianya, yang penting protein hewani,” ujar Menkes.

Baca Juga: Kemenkes Ungkap Strategi Bangkitkan Layanan Kesehatan Pasca Pandemi

Menurut Menkes ketiga program tersebut mendesak untuk dilaksanakan. Guna memastikan intervensi berjalan optimal, Kemenkes telah menambahkan 2 metode pengukuran yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan.

Untuk remaja putri, pemberian TTD dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin dalam darah menggunakan alat HB meter. Alat cek HB ini telah tersedia dan siap didistribusikan ke seluruh puskesmas di Indonesia.

“Pemerintah pusat sudah membeli 10 ribu HB Meter mobile untuk seluruh puskesmas, yang bisa dibawa ke sekolah-sekolah untuk mengikuti apakah udah cukup zat besinya. Kalau belum berarti setiap hari harus minum TTD,” lanjut Menkes.

Sementara untuk ibu hamil, pengukuran zat besi dan gizi dilakukan dengan penyediaan USG di semua puskesmas. Melalui alat ini, perkembangan dan pertumbuhan bayi bisa terpantau, sehingga jika ada kondisi yang tidak sesuai dapat segera terdeteksi.

“Pengadaan USG ini akan dilakukan bertahap. Tahun ini 60%, tahun depan sisanya 40%. Dipilih USG, karena USG bisa mengukur panjang bayi di dalam janin. Kalau saat diukur tubuhnya pendek, kita jadi tahu ibunya kekurangan gizi jadi kita lakukan intervensi lebih banyak untuk menambah gizi sang ibu,” terang Menkes.

Dengan dukungan dan kolaborasi lintas sektor dan program, Menkes optimis ketiga program intervensi tersebut dapat berhasil dan mampu mengurangi angka kejadian stunting di Indonesia.

“Kalau ketiganya bisa kita lakukan, Insya Allah stuntingnya bisa turun, dukungan seluruh pihak sangat penting untuk memastikan intervensi ini berjalan optimal,”ujar Menkes.

Salah satu dukungan, datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan menyelenggarakan acara minum satu suplementasi tablet tambah darah (TTD) yang melibatkan lebih dari 1,5 juta remaja putra dan putri di Jawa Barat.

Menkes menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya kegiatan bertajuk “Gemaz (Generasi Emas Bebas Anemia dan Zero New Stunting)”. Menurutnya acara ini sangat penting dalam kerangka meningkatkan pemahaman para remaja akan pentingnya gizi seimbang agar terhindar dari Penyakit Tidak Menular (PTM) maupun penyakit menular lainnya di masa depan.

“Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penderita stunting paling banyak. Melalui acara ini kita harapkan bisa menyelesaikan persoalan stunting di Jawa Barat,” ucap Menkes.

Di akhir sambutannya, Menkes berharap kegiatan baik tersebut bisa bermanfaat Untuk seluruh masyarakat Jawa Barat dan dapat dilanjutkan di daerah lain di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI