Suara.com - Orang tua menjadi guru pertama bagi anak sebelum ia masuk sekolah. Beberapa orang tua mungkin akan mengajarkan keahlian membaca, menulis, dan berhitung, atau calistung, sebelum anak masuk ke tahap sekolah dasar.
Tetapi, seiring perkembangan zaman diikuti kecanggihan teknologi dan beragambya profesi yang ada saat ini, mengajarkan calistung saja ternyata tidak cukup.
Menurut psikolog Tiga Generasi Saskya Aulia Prima, orang tua saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam mendidik anak untuk bisa berprestasi setinggi mungkin.
"Banyak sekali hal-hal di masa depan bukan cuma kompetisi, tapi bagaimana membentuk anak yang punya kepribadian, karakter, dan kemampuan yang bisa membantu mereka untuk relevan di dunianya," kata Saskya saat webinar Winning Window Period bersama Nutrilon Royal, Selasa (9/8/2022).
Baca Juga: Aminlah Bersamaku Masuk Top Chart Spotify
Anak yang sudah mengenal kepribadian, karakter, juga tahu kemampuan dirinya bisa memudahkannya untuk menentukan pilihan terkait profesinya di masa depan.
Dikatakan dalam penelitian, lanjut Saskya, 50 persen karyawan di seluruh dunia butuh pembaruan keahlian apa pun setiap 6 bulan. Akan tetapi, otak manusia sebenarnya tidak dirancang untuk selalu membuat sesuatu yang baru terus menerus karena berisiko sebabkan stres.
Akan tetapi, agat tetap bisa bersaing dan mengikuti zaman, Saskya menyampaikan, orang tua perlu memastikan kemampuan motorik anak terstimulasi dengan optimal.
"Sebetulnya ada tiga aspek besar dari sisi motorik karena tetap aja anak-anak di masa depan butuh operating sesuatu, mesin atau apapun yang mungkin mereka juga harus create sendiri," ujarnya.
Ia mengingatkan agar anak jangan terlalu sering dibiarkan memegang ponsel. Melainkan, orang tua membimbing anak dalam menggunakan tangannya secara lebih aktif, seperti memegang pensil, kuas, membuka dan menutup tutup botol juga lainnya.
Baca Juga: Biar Sempat Me Time, Ini 5 Tips Membagi Waktu untuk Ibu Rumah Tangga
Selain itu, asah kemampuan kognitif anak dengan mengajaknya fokus mengerjakan sesuatu atau juga dengan membaca.
"Ini sebetulnya gambaran aja kalau kita mau mengembangkan skill anak atau keterampilan sebetulnya yang perlu kita pikirkan banyak banget. Jadi bukan cuma sekadar baca, tulis, hitung," kata Saskya.