Suara.com - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso mengatakan akan menindak tegas tenaga kesehatan yang mempromosikan susu formula atau sufor tanpa indikasi medis.
Kata Piprim, tenaga kesehatan atau nakes yang mempromosikan susu formula telah mengganggu program capaian ASI eksklusif di Indonesia.
Capaian ASI eksklusif bayi usia 6 bulan di Indonesia sendiri masih sebesar 69 persen. Sementara itu, salah satu tantangan capaian ASI eksklusif adalah adanya nakes yang mempromosikan sufor kepada orangtua baru.
"Ada nakes yang merekomendasikan sufor, boleh kalau ketemu nakes yang seperti itu apalagi Sp. A (Dokter Spesialis Anak) laporkan saja ke kami," ungkap Dr. Piprim dalam acara Pekan Menyusui Dunia 2022 beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Kebut Vaksinasi Booster Kedua untuk Nakes, Pemkab Bantul Targetkan 11 Agustus Rampung
Adapun dokter spesialis anak yang kedapatan merekomendasikan sufor tanpa indikasi medis, akan dimasukan dalam BP2A yaitu program pembinaan dari IDAI dalam bentuk sidang atau dimintai keterangan.
"Nanti akan kita BP2A nantinya, dan pembelaan anggota. Silahkan lapor jika ada dokter anak yang tanpa indikasi menganjurkan sufor," tutup Dr. Piprim.
Mengutip Hello Sehat, berikut ini beberapa kondisi medis khusus yang umumnya memperbolehkan bayi baru lahir untuk mendapat susu formula:
- Galaktosemia, merupakan kondisi metabolik, yang membuat tubuh bayi tidak dapat memproses galaktosa menjadi energi.
- Bayi yang prematur membutuhkan lebih banyak kalori, lemak, serta protein, dibandingkan bayi yang cukup bulan.
- Bayi dengan gejala dehidrasi, dan ASI ibu belum mencukupi kebutuhan bayi.
Tapi semua kondisi di atas harus sesuai diagnosis dokter, dan perlu penilaian dan pertimbangan matang.
Lantaran, jika anak sudah terbiasa dengan sufor, akan lebih sulit mengonsumsi ASI, bahkan bisa menyebabkan anak bingung puting, sehingga enggan menyusu langsung dari ibunya.
Baca Juga: Vaksinasi Booster Kedua Tenaga Kesehatan di Kota Yogyakarta Gunakan Moderna