Suara.com - Kasus cacar monyet hingga saat ini masih menjadi perhatian di berbagai negara termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri terus memantau perkembangan untuk mencegah masuknya penyakit cacar monyet di Indonesia.
Seperti yang diketahui, sebelumnya terdapat satu suspek cacar monyet di Jawa Tengah. Namun, pada Sabtu (6/8/2022) kemarin, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau Dirjen P2P Kemenkes RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan jika hasil tes suspek tersebut dinyatakan negatif.
Penyakit yang satu ini memang terbilang cukup mengerikan. Gejala-gejala yang timbul sendiri sampai saat ini masih berkembang. Melansir laman Independent, pemerintah Inggir mengungkapkan adanya gejala baru terhadap penyakit yang satu ini.
Dikatakan oleh Badan Jaminan Kesehatan Inggris (UKHSA), saat ini gejala untuk penyakit cacar monyet sendiri mulai dari lesi pada alat kelamin, mulit, nyeri hingga pendarahan pada dubur. Meskipun demikian, penderita cacar monyet di Inggris saat ini melakukan isolasi mandiri dan belum ada laporan kematian.
Baca Juga: Kasus Cacar Monyet di Singapura Bertambah, Batam Waspada
Direktur Klinis dan Infeksi di UKHSA, Meera Chand mengatakan, berdasarkan laporan, penderita yang mengalami cacar monyet kebanyakan orang dengan pasangan baru. Menurutnya, mereka yang memiliki pasangan seksual baru itu akhirnya menular satu sama lain.
Sementara itu, Ahli Virologi Universitas Nottingham, Profesor Jonathan Ball menjelaskan, kebanyakan pasien yang mengalami cacar monyet di luar Afrika Tengah dan Barat merupakan komunitas LGBT. Hal ini lantaran penderita diidentifikasi sebagai pria gay, biseksual, atau yang melakukan hubungan sesama jenis.
UKHSA sendiri juga mengungkapkan jika salah satu yang membuat penularan cepat karena adanya transmisi melalui aktivitas seksual. Sementara untuk aktivitas lain selain hubungan seksual masih jarang terjadi. Namun, pihaknya tetap terus memantau jika ada perubahan transmisi cacar monyet ini.
Adanya penularan yang cepat di berbagai negara serta gejala-gejala yang muncul ini sendiri membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta setiap negara harus waspada merespons penyebaran cacar monyet.
Apalagi beberapa waktu lalu WHO juga telah mengumumkan cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan (PHEIC). Untuk itu, setiap negara harus bisa saling mendukung dan membantu agar kasus cacar monyet tidak menjadi pandemi seperti Covid 19.
Baca Juga: Kemenkes Pastikan Belum Ada Kasus Cacar Monyet di Indonesia