Suara.com - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan 2 hari pertama kelahiran bayi sangat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan nutrisi anak di kemudian hari.
Ini karena jika orangtua dan keluarga tidak memiliki pengetahuan yang cukup terkait ASI, maka banyak orangtua akan sangat khawatir jika bayi terus menangis tapi ASI ibu belum keluar.
"Biasanya neneknya suka bilang, kasihan tuh bayinya nangis terus laper, karena pengaruh ini akhirnya orangtua tak tega dan pilih memberikan susu formula (sufor)," ujar dr. Piprim dalam acara diskusi Pekan Menyusui Dunia, Sabtu (6/8/2022).
Inilah yang menurut dr. Piprim pentingnya pengetahuan dasar tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD), bahwa bayi setelah dilahirkan menangis bukan selalu karena haus atau lapar, tapi umumnya bayi butuh dekapan dari kedua orangtua agar anak merasa nyaman.
Baca Juga: Pekan ASI Se-Dunia, LKC Dompet Dhuafa Gelar Konseling Gratis Hingga Demo Masak Menu Gizi Seimbang
Dekapan ini bisa berupa skin to skin atau sentuhan dari kulit ke kulit. Bukan hanya ibu, langkah ini juga bisa dilakukan ayah yang mendekap langsung bayi di dadanya.
Khusus untuk ibu, saat dekapan anak ke ibu dekat dengan payudara, dan membiarkan anak mencari sendiri puting ibu, ini adalah salah satu metode IMD, yang bisa merangsang keluarnya ASI dari payudara ibu lebih cepat.
Sementara itu Pekan Menyusui Dunia 2022 berlangsung sejak 1 hingga 7 Agustus, bertujuan untuk meningkatkan pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan untuk bayi di seluruh dunia, yang bisa secara efektif menurunkan risiko anak stunting atau gagal tumbuh karena kekurangan gizi.
Adapun pada 2021, pemberian ASI eksklusif bayi berusia kurang dari 6 bulan di Indonesia masih sebesar 69 persen. Meski sudah melampaui target 2021 yang sebesar 45 persen, tapi tetap ada beberapa daerah dengan cakupan ASI eksklusif rendah.
"Inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan memberikan perlindungan terhadap infeksi saluran cerna dan kandungan gizi yang diperlukan untuk mencegah stunting,” ujar Dr. N. Paranietharan melalui keterangan pers WHO Indonesia, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Ketua DPR Minta Pemerintah Sediakan Layanan Konseling Menyusui agar Bayi Mendapat ASI Ekslusif