Edukasi Gizi pada Anak Butuh Peran Orang Tua dan Guru

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 05 Agustus 2022 | 09:32 WIB
Edukasi Gizi pada Anak Butuh Peran Orang Tua dan Guru
Ilustrasi anak makan sehat. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada tahun ini kembali bekerja sama dengan swasta dalam program Gerakan Nusantara untuk menyebarkan edukasi gizi di sekolah-sekolah.

Pakar gizi dan kesehatan dari Universitas Indonesia (UI) Ahmad Syafiq, Ir, MSc, PhD menilai bahwa edukasi gizi, meski dilakukan di sekolah, juga diperlukan keterlibatan orang tua untuk mendukung keberhasilannya.

“Tidak cukup kami (pakar) hanya mengajarkan siswanya, atau siswa dengan siswa (peer to peer), atau guru terhadap siswa. Orang tua juga harus terlibat. Dengan demikian secara sosioekologis itu tercipta lingkungan yang selaras,” kata Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) itu dalam kick off Gerakan Nusantara 2022 yang diadakan secara daring, Kamis (4/8/2022).

“Kalau mau berhasil edukasi gizi di sekolah, mau tidak mau harus guru, siswa, dan orang tua (terlibat), baik itu melalui pendekatan guru-siswa, siswa-siswa (peer to peer), atau pakar-orang tua,” imbuhnya.

Baca Juga: Peran Orang Tua dalam Membekali Masalah Menstruasi Bagi Remaja Putri

Berdasarkan pengalaman PKGK UI pada tahun-tahun sebelumnya, Syafiq mengatakan bahwa orang tua sangat potensial untuk dilibatkan ke dalam program edukasi. Terlebih, orang tua sebenarnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kondisi gizi anak-anaknya, sehingga mereka akan merasa senang ketika dilibatkan dalam program karena bisa mendapatkan pengetahuan gizi dari pakar.

Menurut Syafiq, edukasi atau literasi gizi bukan hanya perihal melek gizi melainkan juga mampu melaksanakan pilihan-pilihan gizi yang baik. Ia berharap program edukasi gizi dapat menjadi bekal bagi anak-anak supaya mereka sehat dan produktif sebagai generasi penerus.

Syafiq juga menjelaskan bahwa literasi gizi pada dasarnya terbagi menjadi tiga kelompok, antara lain literasi gizi fungsional, literasi kritikal, dan literasi gizi interaktif.

Tujuan tertinggi literasi gizi yaitu literasi gizi interaktif, memang diharapkan agar anak-anak dapat menjadi agen perubahan, bahkan bagi keluarga di rumah, sehingga perilaku hidup sehat orang tua pun ikut berubah.

“Literasi gizi yang interaktif, jadi si anak sudah mampu mengadvokasi orang tuanya dan menunjukkan kepada orang tuanya sesuatu yang baik. Tetapi tentu itu perlu waktu untuk sampai ke tahapan literasi interaktif maupun yang kritikal,” kata Syafiq.

Baca Juga: Heboh 10 Gadis Remaja Palembang Berkelahi, PPA: Peran Orang Tua Diperlukan

Mengingat dibutuhkan proses yang panjang untuk mencapai literasi interaktif, Syafiq mengatakan pihaknya tetap akan memulai edukasi pada tahapan literasi fungsional saat menjalankan program Gerakan Nusantara.

Literasi tahap awal akan membekali anak-anak terhadap pengetahuan gizi mencakup prinsip dasar ilmu gizi hingga prinsip gizi seimbang.

“Tapi secara sederhana, prinsipnya kami mau literasi fungsional dulu. Syukur-syukur kalau bisa masuk ke literasi gizi kritikal dan interaktif sehingga nanti orang tuanya bisa terpengaruh secara positif oleh anaknya,” pungkas Syafiq.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI