Gawat! PERKI Sebut Indonesia Berpotensi 'Diserbu' Dokter Jantung Asing, Ini Sebabnya

Kamis, 04 Agustus 2022 | 18:25 WIB
Gawat! PERKI Sebut Indonesia Berpotensi 'Diserbu' Dokter Jantung Asing, Ini Sebabnya
Ilustrasi dokter mengenakan pita hitam lambang berduka. (Dok. Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia berpotensi 'diserbu' oleh dokter jantung asing, karena kekurangan sumber daya tenaga kesehatan atau SDM nakes dokter jantung dalam negeri untuk melayani masyarakat yang berjumlah 270 juta jiwa.

Hal ini diungkap Sekjen Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA bahwa kondisi saat ini di Indonesia satu dokter jantung harus melayani 100 ribu penduduk.

Padahal idealnya menurut data Bappenas 2018, harusnya di 2025 mendatang Indonesia harus memiliki minimal 28 dokter spesialis Jantung untuk 100 ribu penduduk.

Menurut dr. Oktavia, jumlah ini masih sangat jauh dari angka kebutuhan dokter jantung dengan kondisi yang ada di Indonesia saat ini.

Baca Juga: Bagaimana Cara Terbaik Melindungi Anak dari Bermacam Masalah Kesehatan? Simak Saran Dokter Spesialis Ini!

Ilustrasi dokter dan tenaga medis. (Unsplash/National Cancer Institute)
Ilustrasi dokter dan tenaga medis. (Unsplash/National Cancer Institute)

"Sehingga otomatis harus dipikirkan, karena kalau kita sendiri tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan SDM tersebut maka dokter asing yang akan masuk," ujar dr. Oktavia dalam acara diskusi Kamis, (4/8/2022).

Ia menambahkan, kurangnya jumlah dokter jantung dalam negeri ini juga dikarenakan sedikitnya jurusan kedokteran spesialis jantung, yang bahkan jumlahnya sangat terbatas dan bisa dihitung jari.

"Jumlah pusat pendidikan dan pelatihan  untuk dokter spesialis jantung dan pembuluh darah belum memadai, kita hanya punya 13 prodi di Indonesia, dan ini kita berharap nantinya akan makin besar dan banyak," ungkapnya.

Harapannya jika jumlah prodi diperbanyak, maka akan semakin banyak pula jumlah dokter spesialis jantung pembuluh darah yang dimiliki Indonesia.

Selain itu memperbanyak prodi spesialis jantung,  juga akan berdampak pada pelayanan penyakit jantung yang lebih merata di seluruh Indonesia. Sekaligus bisa mencegah tenaga dokter jantung asing yang masuk ke Tanah Air.

Baca Juga: Pelaku Industri Tembakau Protes Tak Dilibatkan Revisi PP 109 Tahun 2012

"Solusinya antara lain adalah secara internal kita meningkatkan kualitas sumber daya manusia kita, dengan cara kita bentuk beberapa prodi dengan pengembangan ilmu dan teknologi berbasis bukti, jadi kita harus meningkatkan kualitas," tutup dr. Oktavia.

Sementara itu, kondisi ini juga sudah pahami Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menyadari Indonesia kekurangan dokter spesialis, salah satunya spesialis jantung dan pembuluh darah.

Inilah sebabnya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk menambah kuota di fakultas kedokteran dan semakin memperbanyak peluang pendidikan dokter spesialis di beberapa universitas di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI