Suara.com - Pada peringatan Pekan Menyusui Sedunia 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF menyoroti turunnya angka ASI eksklusif dan inisiasi menyusui dini atau IMD yang menurun di Indonesia.
Ini sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2021. Dalam laporan tersebut menyebutkan hanya ada 52,5 persen atau setengah dari 2,7 juta bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan di Indonesia.
Angka ASI eksklusif ini menurun 12 persen dari capaian di 2019. Artinya semakin banyak bayi yang tidak mengonsumsi ASI selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya.
"Angka inisiasi menyusui dini (IMD) juga turun dari 58,2 persen pada tahun 2019 menjadi 48,6 persen pada tahun 2021," ujar WHO Indonesia, melalui keterangan yang diterima suara.com, Senin (1/8/2022).
Baca Juga: Ria Ricis Kesakitan Saat Beri ASI ke Baby R, Begini Cara Mengatasinya
Perlu diketahui, sangat penting hanya memberikan ASI kepada bayi sejak dilahirkan hingga usia 6 bulan, karena sangat penting untuk gizi dan masa depan anak.
Tujuannya agar anak terhindar dari risiko infeksi penyakit yang bisa berakibat fatal, seperti diare dan pneumonia. Ini adalah dua penyakit yang paling tinggi menyebabkan kematian pada anak di bawah usia 1 tahun.
"Semakin banyak bukti menunjukkan, anak-anak yang mendapatkan ASI memiliki hasil tes kecerdasan yang lebih tinggi. Mereka juga lebih rendah risiko obesitas atau berat badan berlebih, sehingga mereka lebih rendah alami diabetes," tambah WHO,
Data global juga menemukan, ASI bisa menyelamatkan 820 ribu anak setiap tahunnya, dan ibu yang menyusui juga bisa terhindar dari risiko kanker payudara pada 20 ribu perempuan per tahun.
"UNICEF dan WHO menyerukan pemerintah dan para mitranya di Indonesia untuk mendukung semua ibu agar dapat menyusui sejak dini, secara eksklusif, dan berkesinambungan di tengah menurunnya angka pemberian ASI selama pandemi Covid-19," tutup WHO.
Baca Juga: Kelompok yang Berisiko Tinggi Terinfeksi Cacar Monyet: Nakes hingga Bayi Baru Lahir