Suara.com - Kasus cacar monyet semakin meningkat di seluruh dunia, hingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah ini sebagai darurat kesehatan global pada Sabtu (23/7/2022) pekan lalu.
WHO mencatat sekitar 99 persen kasus terjadi pada pria, dan setidaknya 95 persen di antaranya adalah pria yang berhubungan seks dengan pria, termasuk ke dalam kelompok gay atau biseksual.
Karena hal itu, banyak orang menstigmatisasi penyakit cacar monyet merupakan penyakit untuk komunitas LGBTQ dan hanya akan menular melalui berhubungan seks. Seperti yang diyakini oleh seorang pria asal Madrid, Spanyol ini.
Baru-baru ini di Twitter, viral ssebuah utas berisi pria menderita cacar monyet dan tetap menaiki kereta bawah tanah. Padahal, saat itu sedang penuh sesak.
Baca Juga: Anak Usia 8 Tahun di India Jadi Suspek Cacar Monyet, Sekarang Sedang Diisolasi
Dalam foto yang diunggah, terlihat kaki pria tersebut penuh dengan benjolan cacar kecil dan merah.
Dikhawatirkan menyebar, seorang penumpang yang juga berprofesi dokter, Arturo M Henriques, menegur dan menyarankannya untuk isolasi mandiri di rumah.
Namun, pria tersebut menolak karena dokter pribadinya tidak menyarankan demikian. Ia hanya diminta untuk memakai masker.
Arturo pun menjelaskan bahwa justru yang paling menular adalah luka di tubuhnya. Namun, sang pria tetap menyangkal dan mengatakan bahwa ia tidak akan menyentuhnya.
Merasa sang pria keras kepala, Arturo pun bertanya kepada penumpang wanita yang berada di dekat sang pria.
Baca Juga: Kelompok yang Berisiko Tinggi Terinfeksi Cacar Monyet: Nakes hingga Bayi Baru Lahir
"'Bu, apakah Anda tidak khawatir tertular?'. Sang ibu menjawab, 'Bagaimana aku akan tertular jika aku bukan gay? Seorang pemerintah bilang bahwa para gay yang harus melindungi diri mereka sendiri'," kisah Arturo, yang diunggah ulang oleh akun Twitter @EnemyInAState, Minggu (31/7/2022).
Arturo menduga sang ibu berusia antara 40 hingga 50 tahun dan seorang heteroseksual.
"Sekarang jika aku naik kereta bawah tanah, aku coba tidak akan menyentuh apa pun, apalagi duduk," kata Arturo.
Dari kisah tersebut, @EnemyInAState menuduh itulah alasan wabah ini menjadi tidak terkontrol dan langgengnya stigma tentang cacar monyet sebagai 'penyakit kelompok gay'.
"Mereka yang ada di kereta tidak tahu bahwa sedang terpapar virus seperti cacar yang berpotensi mematikan yang mudah mereka tangkap," tanggapnya.
Hal ini juga sempat disampaikan oleh pakar cacar monyet dari WHO, Rosamund Lewis.
"Sangat penting bagi siapa saja yang menderita cacar monyet untuk diisolasi, sehingga mereka dapat melindungi orang lain," jelas Lewsi, dilansir CNBC.
Perlu dicatat bahwa cacar monyet dapat menyebar melalui tetesan pernapasan, tetapi paling cepat terjadi melalui kontak fisik dengan luka atau cairan tubuh penderita serta permukaan benda yang terkontaminasi.