Suara.com - Penyakit virus Ebola, yang sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Ebola, merupakan infeksi parah yang seringkali berakhir fatal. Infeksi ini disebabkan oleh virus dalam genus Ebolavirus dalam famili Filoviridae.
Virus paling sering menyebabkan penyakit pada manusia dan primata seperti monyet, gorila, dan simpanse, lapor Live Science.
Sampai saat ini, enam spesies Ebolavirus telah diidentifikasi, empat di antaranya menyebabkan penyakit parah pada manusia. Ini termasuk:
- Virus Ebola (spesies Zaire ebolavirus)
- Virus Sudan (spesies Sudan ebolavirus)
- Virus Taï Forest (spesies Taï Forest ebolavirus , sebelumnya Côte d'Ivoire ebolavirus)
- Virus Bundibugyo (spesies Bundibugyo ebolavirus)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus Ebola berpindah dari hewan ke manusia ketika orang melakukan kontak dekat dengan darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh lainnya dari hewan yang terinfeksi.
Baca Juga: Satu Pasien Demam Lassa Meninggal Dunia, Ahli Ungkap Gejala Penyakit Serupa Ebola Ini
Hal itu juga menjadi jalur penularan pada manusia. Cairan dapat berasal langsung dari pasien yang terinfeksi atau dari permukaan yang disentuh oleh orang yang sakit, seperti tempat tidur atau pakaian.
"Virus dapat tetap berada dalam cairan tubuh tertentu (termasuk air mani) dari pasien yang telah pulih, bahkan jika mereka tidak lagi memiliki gejala parah," catat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Karenanya, WHO menyarankan pria penyintas infeksi untuk tidak berhubungan seks atau harus menggunakan kondom sampai air mani mereka dua kali diuji negatif atau sampai 12 bulan berlalu sejak gejala awal muncul.
"Tidak ada bukti bahwa Ebola dapat menyebar melalui hubungan seks atau kontak lain dengan cairan vagina dari penderita Ebola," kata CDC.
Namun, virus dapat bertahan di plasenta, cairan ketuban dan janin orang yang terinfeksi saat hamil, bahkan ketika mereka telah sembuh. Virus juga dapat berada di ASI orang yang terinfeksi.
Baca Juga: Kongo Temukan Kembali Kasus Ebola, Langsung Gelar Program Vaksinasi
Ebola tidak menyebar melalui udara, yang berarti seseorang tidak dapat tertular virus dari menghirup udara yang sama dengan orang yang terinfeksi.
Namun, jika orang yang terinfeksi bersin langsung dan lendir dari bersin itu bersentuhan dengan luka terbuka atau mata, hidung, atau mulut orang lain, ada kemungkinan infeksi.
Tetapi sejauh ini WHO belum mencatat kasus penularan seperti kasus tersebut.