Kemenkes RI Ungkap Sebab Sebagian Besar Kasus Cacar Monyet Menyerang Lelaki

Kamis, 28 Juli 2022 | 08:32 WIB
Kemenkes RI Ungkap Sebab Sebagian Besar Kasus Cacar Monyet Menyerang Lelaki
kasus cacar monyet di AS [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI mengungkap penyebab mayoritas atau nyaris semua kasus cacar monyet menyerang lelaki dibanding perempuan.

Dijelaskan Juru Bicara Kemenkes RI, dr. Mohammad Syahril, alasan cacar monyet mayoritas menyerang lelaki karena ada kaitannya dengan aktivitas seksual kelompok tertentu, yaitu lelaki berhubungan seks dengan lelaki atau gay.

"Kita sampaikan data informasi, kenapa di laporan 99 persen laki-laki karena ada aktivitas seksual (gay) tadi," ujar dr. Syahril saat konferensi pers, Rabu (27/7/2022),

Meski saat ini penularan terbanyak terjadi karena aktivitas seksual, ia menegaskan bahwa cacar monyet yang disebabkan virus monkeypox bukanlah penyakit menular seksual atau IMS.

Baca Juga: Masyarakat Keluhkan Antrean Berobat di Rumah Sakit yang Panjang, Menkes Budi Gunadi: Segera Dibenahi

Menurutnya, cacar monyet selaiknya HIV yang bisa ditularkan kepada siapapun tanpa melakukan hubungan seksual, bisa melalui darah, jalur lahir atau bekas alat suntik yang digunakan penderita.

"Kebetulan mereka kontak dengan yang sedang cacar monyet. Kalau berhubungan seks, salaman berpelukan tentu ada penularan," jelas dr. Syahril.

Seperti diketahui penularan cacar monyet bisa terjadi jika orang sehat bersentuhan dengan cairan atau nanah cacar yang pecah, yang umumnya disebut lesi atau luka dan kontak langsung dengan kulit dengan kulit.

Bisa juga ditularkan jika bersentuhan dengan benda seperti seprai dan pakaian yang terkontaminasi cairan lesi.

Inilah sebabnya orang dengan cacar monyet tetap akan dikarantina setelah terkonfirmasi positif tertular, melalui tes PCR.

Baca Juga: Cek Proses Transformasi Layanan Primer, Menkes Budi Gunadi Sambangi Puskesmas dan Posyandu

Terlebih jika pasien sudah mengalami gejala seperti demam, ruam kulit, hingga timbulnya bintik kemerahan di kulit yang bisa menular.

"Penularan ini bisa menyerang siapapun bukan hanya masalah orientasi seksual saja. Jadi memang pengawasannya kita secara general atau secara umum, tapi kelompok (homoseksual) tersebut jadi pengawasan lebih kami," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI