Wanita Lebih Rentan Depresi Dibanding Pria, Nucleus Accumbens Ditemukan Jadi Penyebabnya

Rabu, 27 Juli 2022 | 17:38 WIB
Wanita Lebih Rentan Depresi Dibanding Pria, Nucleus Accumbens Ditemukan Jadi Penyebabnya
Ilustrasi Depresi (pixabay.com / Anemone123)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi yang terbit bulan ini di jurnal Biological Psychiatry menunjukkan bahwa wanita lebih rentan mengalami depresi daripada pria. Namun, tidak ada alasan yang pasti untuk perbedaan ini.

Para peneliti dari University of California Davis, Princeton University, Mount Sinai Hospital, dan Laval University berupaya memahami bagaimana nucleus accumbens, wilayah tertentu di otak, yang terpengaruh selama depresi.

Depresi berdampak pada nucleus accumbens, bagian otak yang berkaitan dengan motivasi, reaksi terhadap pengalaman menyenangkan, dan koneksi sosial.

Berdasarkan studi sebelumnya, perubahan pada nucleus accumbens diduga berkontribusi pada gejala depresi, atau sebaliknya, depresi sendiri yang mengubah otak.

Baca Juga: 4 Manfaat Terapi Air untuk Kesehatan Fisik dan Mental

Dalam studi ini, peneliti memeriksa tikus yang terpapar interaksi sosial tidak menyenangkan, yang lebih mungkin menyebabkan perilaku terkait depresi pada wanita daripada pria.

Ilustrasi seorang yang mengalami depresi. (Unsplash/Anthony Tran)
Ilustrasi seorang yang mengalami depresi. (Unsplash/Anthony Tran)

Hasilnya menunjukkan bahwa interaksi sosial yang buruk dapat mengubah pola ekspresi gen tikus betina dan pola ini mirip dengan yang terlihat pada wanita depresi.

"Penemuan ini memungkinkan saya untuk memusatkan perhatian pada relevansi statistik untuk kesehatan perempuan, karena perempuan kurang dipelajari di sektor ini," kata peneliti dari UC Davis, Alexia Williams, dikutip dari News18.

Dalam studi, peneliti memilih gen RGS2 untuk diubah, setelah menemukan perubahan kimia serupa di otak tikus dan manusia.

Gen ini memengaruhi produksi protein yang mengatur reseptor neurotransmiter, yang ditargetkan obat antidepresan.

Baca Juga: Bertabur Bintang Tapi Selalu Gagal di Liga Champions, PSG Bayar Psikolog untuk Dongkrak Mental Pemain

"Versi protein RGS2 yang kurang stabil dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi pada manusia. Jadi kami penasaran untuk melihat apakah peningkatan RGS2 dalam nucleus accumbens dapat mengurangi perilaku yang berhubungan dengan depresi," sambung Williams.

Efek stres pada tikus betina berhasil dibalikkan oleh peneliti ketika protein RGS2 dalam nucleus accumbens tikus ditingkatkan.

"Temuan ini menunjukkan mekanisme biologis yang bertanggung jawab atas defisit motivasi umum pada pasien depresi. Penurunan fungsi RGS2 telah dikaitkan dengan gejala yang sulit diatasi pada orang dengan penyakit mental," lanjut Williams.

Peneliti mengatakan hasil studi sains mendasar seperti ini dapat mengarah pada pengembangan farmakoterapi yang efektif mengobati pasien depresi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI