Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Meski demikian, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin belum masuk kriteria sebagai pandemi di dunia.
"Cacar monyet sebenarnya kategorinya masih di bawah pandemi. Jadi belum masuk pandemi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan protokol kesehatannya perlu dijaga, surveilans-nya masih dijaga, kalau bisa vaksinasi dan pengobatan-nya disiapkan," kata Budi Gunadi Sadikin seperti dikutip dari ANTARA.
Upaya pelacakan kasus cacar monyet menurut Menkes lebih mudah jika dibandingkan Covid-19. Hal itu karena penyakit ini memiliki gejala spesifik yang bisa dilihat dengan kasat mata, seperti ruam merah pada kulit tangan atau wajah, benjolan pada selangkangan hingga lesi atau benjolan kecil berisi cairan di bawah permukaan kulit.
"Jadi saya bilang, surveilans-nya mudah, karena itu gejalanya fisik. Tes-nya secara bakteriologis dilakukan PCR, Kemenkes sudah ada alat PCR dan reagen," katanya.
Baca Juga: Kasus Cacar Monyet Sudah Sampai ke Jepang, Seorang Pria Dinyatakan Positif
Budi memperkirakan, Indonesia sudah memiliki kemampuan yang cukup dalam melakukan surveilans Monkeypox di seluruh provinsi pada bulan ini.
Hingga sekarang, Kemenkes sedang berupaya menambah kebutuhan reagen PCR Monkeypox dengan cara mendatangkan secara impor dari China. Sehingga ketersediaan reagen PCR yang kini tersedia 500 unit di Indonesia bisa ditambah.
Selain itu, Kemenkes juga berupaya memasok kebutuhan obat-obatan Monkeypox untuk mengantisipasi munculnya pasien yang butuh perawatan medis.
Hingga kini Kemenkes telah mendeteksi sembilan suspek Monkeypox di Indonesia. Tapi setelah dilakukan uji laboratorium, seluruhnya dinyatakan negatif.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi: Cacar Monyet Bisa Menular Setelah Timbul Bintik Merah di Kulit