Suara.com - Update Covid-19 global harian per Senin (25/7/2022) tercatat adanya penambahan kasus positif sebanyak 589.816 dan angka kematian bertambah 728 jiwa.
Di sisi lain, jumlah orang di dunia yang sembuh dari infeksi virus corona itu juga bertambah 559.889 dalam sehari kemarin.
Dikutip dari situs Worldometers, rata-rata kasus positif mingguan di dunia turun 11 persen dari 6,97 juta menjadi 6,21 juta dalam sepekan terakhir.
Tetapi, kasus positif selama tujuh hari terakhir didominasi Jepang yang alami kenaikan kasus hingga 73 persen. Kasus positif di negara tersebut tercatat mencapai 969 ribu hanya dalam seminggu.
Baca Juga: Perajin Batik Tubo Merugi Akibat Pandemi Covid-19, Sejumlah Gerai Tutup
Angka kematian Covid-19 secara mingguan di seluruh dunia juga turun sembilan persen, dari 13.389 menjadi 12.196 jiwa.
Peningkatan angka kematian juga dialami Jepang, naik 66 persen dari 164 jiwa menjadi 272 orang meninggal dalam tujuh hari terakhir.
Akumulasi data Covid-19 global per Senin (25/7/2022) pukul 08.00 WIB tercatat 575,14 juta kasus positif dengan 6,4 juta kematian dan 544,86 juta kasus sembuh.
China 'Paksa' Warga Lansia Agar Mau Vaksin
China juga masih alami kenaikan kasus positif harian, meski jumlahnya dianggap jauh lebih rendah daripada negara-negara lain.
Namun, lantaran target pemerintah untuk mencapai nol-Covid, aturan ketat terkait pencegahan virus terus dilakukan selama masih ada penularan infeksi.
Baca Juga: Balikpapan dan Bontang Zona Merah, Penambahan Covid-19 di Kaltim Ada 19 Orang
China melaporkan 982 kasus baru Covid-19 untuk 23 Juli, naik dari 817 kasus sehari sebelumnya, kata Komisi Kesehatan Nasional mengatakan pada hari Minggu.
Sebagian besar kasus berada di provinsi barat laut Gansu dan wilayah selatan Guangxi.
China lakukan strategi vaksinasi sebagai salah satu upaya untuk menekan infeksi. Namun, kekhawatiran publik tentang keamanan vaksin yang digunakan masih menghambat upaya program vaksinasi terutama pada warga lansia.
Wakil kepala Komisi Kesehatan Nasional Zeng Yixin meyakinkan warganya bahwa vaksin aman. Bahkan para pemimpin negara bagian dan partai China seluruhnya telah divaksinasi Covid-19.
Di China, pemimpin negara bagian dan partai merupakan kategori khusus pejabat tinggi di tingkat nasional dan wakil nasional, termasuk presiden Xi Jinping dan perdana menteri Li Keqiang.
Para ahli dan pejabat telah memperingatkan bahwa tingkat vaksinasi yang lebih rendah pada lansia berisiko memberatkan sumber daya kesehatan jika virus menyebar secara luas. Kondisi itu akan membuat China kurang siap untuk keluar dari kebijakan ketat dalam mencapai nol Covid.
China telah mencapai tingkat vaksinasi 89,7 persen vaksin primer dan memberikan sekitar 56 persen vaksin booster terhadap 1,41 miliar penduduknya.
Tetapi, baru 61 persen dari mereka yang berusia di atas 80 tahun telah menyelesaikan vaksinasi dua dosisi pertama.
Saat ini, Cina hanya menggunakan produk vaksin Covid-19 yang dibuat negaranya sendiri, Sinovac dan Sinopharm. Negara tersebut belum menyetujui produk vaksin buatan luar negeri.
'Paksaan' yang lebih agresif agar masyarakat segera vaksin, seperti membatasi akses mereka yang tidak divaksinasi ke tempat-tempat umum, telah memicu reaksi di internet sehingga dengan cepat dibatalkan.
Kekhawatiran utama di antara yang tidak divaksinasi adalah keamanannya dapat menyebabkan penyakit parah pasca-vaksinasi.
Ketakutan tersebut tersebar secara daring serta kritik atas kurangnya transparansi pemerintah dan pembuat vaksin China.
“Vaksin Covid tidak menyebabkan leukemia atau diabetes, juga tidak memengaruhi perkembangan genetik, menyebabkan metastasis tumor atau peningkatan yang bergantung pada antibodi. Itu informasi palsu yang tidak bertanggung jawab di internet,” kata Wang Fusheng, pakar penyakit menular China.