Suara.com - Turki termasuk negara yang sering dikunjungi oleh masyarakat Indonesia untuk jalani pengobatan tertentu. Salah satu yang populer, yaitu perawatan transplantasi rambut alias tanam rambut.
Namun selain itu, fasilitas layanan kesehatan di Turki juga dikenal canggih dalam lakukan tindakan medis lainnya.
Sekarang pasien mencari beberapa alternatif untuk dapat terapi yang dibutuhkan. Turki jadi salah satu yang dituju. Banyak pesohor yang pergi ke Turki untuk lakukan bedah plastik dan kosmetik. Tapi sebenarnya, Turki bukan cuma bedah plastik dan kosmetik. Juga bagus dalam ortopedi, transplan, dan jantung," kata Kepala Layanan Kesehatan Turki Acibadem untjk cabang Jakarta Hasni Hutagalung saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (22/7/2022).
Sembari lakukan tindakan medis, orang yang jalani perawatan di Turki juga biasanya menyempatkan diri untuk berwisata di negara tersebut. Menurut Hasni, Istanbul dan Cappadocia masih jadi destinasi favorit turis mancanegara.
Baca Juga: Bocorkan Budget Liburan ke Turki, Publik Syok Lihat Total Anggarannya, Kok Bisa?
Agar tak pusing dalam mencari dokter yang tepat juga mengatur waktu antara menjalani perawatan medis dengan jalan-jalan, memanfaatkan layanan kesehatan seperti Acibadem bisa jadi solusinya, kata Hasni.
Keputusan untuk membuka kantor cabang di Jakarta, salah satunya memang didasari karena banyaknya masyarakat Indonesia yang lakukan perawatan medis di Turki. Hasni menyampaikan, dalam setahun bisa sekitar 1 juta orang jalani pengobatan di negara tersebut.
"Untuk perawatan di sana, kalau pasien kalau dari sini (Indonesia) sudah dirawat, kita akan minta resume medis, kemudian akan didiskusikan dengan dokter di Turki. Nanti, dokter akan infokan berapa lama kira-kira butuh perawatan dan biayanyanya. Jadi pasien sudah tahu diawal cukup biaya atau enggak," tuturnya.
Terkait biaya perawatan, setiap terapi pengibatan di Turki sangat bervariasi, tergantung dengan penyakitnya.
"Cost terapi tergantung beban terapi. Contoh, untuk liver transplan standar butuh waktu untuk pendonor dan penerima. Penerima butuh 30 hari dan pendonor 14 hari. Biayanya dipastikan tidak melebihi dari rumah sakit negara tetangga kita," ungkapnya.
Baca Juga: Apa Itu Pro-FETO? Organisasi yang Diperingatkan Turki Agar Indonesia Mewaspadainya