Suara.com - Kasus infeksi parechovirus pada bayi di bawah tiga bulan sedang meningkat di Amerika Serikat, hingga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperingatkan penyedia layanan kesehatan setempat.
Parechovirus pada bayi dapat menyebabkan bayi demam, kejang, kehilangan nafsu makan, lekas marah, dan kantuk yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Infeksi parechovirus bisa menyerang bayi atau anak di segala usia, biasanya sebelum masuk sekolah dasar, dan tidak menyebabkan penyakit serius.
Namun, pada kasus kali ini, parechovirus sampai menyebabkan salah seorang bayi meninggal dunia.
Baca Juga: Kenalin Nih Simba, Bayi Kambing Asal Pakistan dengan Telinga Sepanjang 56 Centimeter
Seorang bayi bernama Ronan, yang lahir pada 21 Mei lalu, meninggal akibat terinfeksi parechovirus. Padahal, ia lahir sehat dan cukup bulan, dengan berat 3,7 kilogram.
Namun pada 10 hari setelah dilahirkan, sang ibu Kat DeLancy menemukan beberapa ruam di wajah Ronan. Ia menduga putranya terlalu lama terkena sinar matahari.
Beberapa hari kemudian, Ronan menjadi mudah marah.
"Menangis, dan menangis, dan menangis," kata Kat, dilansir Insider.
Kulit dadanya terlihat merah padam. Ronan juga menjadi sulit makan dan mudah mengantuk serta kurang berenergi. Dokter menduga Ronan terkena kolik.
Namun, Kat memiliki firasat yang buruk. Ia melihat bahwa anaknya tidak baik-baik saja.
Tengah malam, Ronan dibawa ke rumah sakit dan mendapat tes untuk menghitung saturasi oksigen. Hasilnya menunjukkan oksigennya turun drastis, dari 70 persen lalu 20 persen.
Ronan pun langsung diintubasi. Dokter mengatakan bayi berusia dua bulan itu telah mengalami kejang, sebab pemindaian otak mengungkap adanya beberapa kerusakan.
Saat itulah dokter menemukan bahwa Ronan terinfeksi parechovirus.
"Sepertinya tidak ada yang percaya dia terinfeksi irus. Dokter penyakit menular berpikir bahwa itu mungkin (disebabkan) trauma kepala," tutur Kat.
Mengetahui penyebab penyakit Ronan, dokter sempat menenangkan bahwa infeksi parechovirus akan pulih sepenuhnya.
Tetapi kondisi Ronan tidak membaik. Semakin lama infeksinya berlanjut, semakin parah kerusakan otaknya.
Hingga akhirnya nyawa Ronan tidak bisa diselamatkan lagi dan ia meninggal di usia 34 hari (1 bulan 4 hari).