Terlalu Lama Stres Bisa Memicu Sakit Fisik, Inilah yang Terjadi pada Tubuh!

Senin, 18 Juli 2022 | 09:04 WIB
Terlalu Lama Stres Bisa Memicu Sakit Fisik, Inilah yang Terjadi pada Tubuh!
Ilustrasi stres (Pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kesehatan manusia tidak hanya mencakup fisik tapi juga mental. Sakit fisik yang dialami bisa saja mempengaruhi kondisi mental seseorang. Begitu juga sebaliknya.

Dokter kesehatan jiwa dr. Alvinia Hayulani, Sp.KJ., menjelaskan bahwa individu yang terus menerus alami gangguan psikis bisa berdampak terhadap fisiknya jadi ikut sakit.

"Sudah banyak penelitian eviden base yang membuktikan bahwa kesehatan mental sangat berhubungan erat dengan kesehatan fisik," kata dokter Alvinia.

Saat seseorang stres, lanjutnya, tubuh akan mengeluarkan hormon stres yang disebut dengan kortisol. Ketika kortisol meningkat, terjadi peningkatan metabolisme juga peningkatan informasi dalam tubuh yang jadi pertanda radang.

Baca Juga: Bukan Malas! Ini Ciri Kamu Alami Burnout dan Bagaimana Mengatasinya

Apabila kondisi seperti itu terus menerus terjadi dalam jangka waktu yang panjang, bisa menurunkan sistem imun.

"Ketika kita stres, jadi respon imun tubuh kita pun juga menurun. Sehingga kondisi fisik nantinya akan terganggu," imbuhnya.

Saat mengalami kondisi yang memicu stres, dokter Alvinia mengingatkan untuk pentingnya lakukan manajemen stres. Hal itu penting dilakukan agar stres tidak teeua berlarut-larut hingga berdampak terhadap kesehatan fisik.

"Namanya hidup pasti pernah stres. Tapi bagaimana kita bisa mengendalikan itu, makanya penting untuk bisa manajemen stres," ujarnya.

Termasuk saat mengalami perasaan sedih, kecewa, maupun marah. Ia mengingatkan bahwa berbagai kondisi tersebut memang emosi yang bisa dialami oleh semua orang dan bersifat manusiawi.

Baca Juga: Catat Nih, 5 Zodiak Ini Ternyata Termasuk Gampang Stres dan Panik Lho!

Langkah awal untuk mengontrol emosi tersebut dengan menerima apa yang dirasakan.

"Ketika kamu merasakan itu, ya sudah enggak apa-apa. Kalau emang waktunya sedih, ya kamu memang bersedih. Waktunya kamu berduka, ya kamu berduka. Ketika memang waktunya kamu marah, ya kamu marah. Dan itu enggak apa-apa," ujarnya.

Setelah bisa menerima apa yang terjadi dan dirasakan, selanjutnya bisa lakukan relaksasi agar emosi tersebut dapat mereda. Misalnya dengan melakukan hobi yang bermanfaat ataupun bercerita kepada orang lain.

"Ternyata berbagi cerita atau berbagi perasaan dengan orang yang kita percaya itu cukup efektif untuk membantu dalam mengelola stres tersebut. Itulah pentingnya kita berbagi perasaan agar bisa memanajemen emosi," kata dokter Alvinia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI