Subvarian BA.2.75, yang dijuluki Centaurus, pertama kali terdeteksi di India pada awal Mei. Sejak itu, ada kasus yang dilaporkan di sekitar 10 negara lain, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan Kanada.
"Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa BA.2.75 memiliki virulensi atau tingkat keparahan yang berbeda secara substansial dibandingkan dengan pendahulunya Omicron," kata MOH, Sabtu (16/7) waktu setempat, dikutip dari Channel News Asia.
WHO telah mengklasifikasikan BA.2.75 sebagai subvarian Omicron yang sedang dipantau. Kepala ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan mengatakan belum ada cukup sampel untuk menilai tingkat keparahan akibat subvarian tersebut.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa menetapkan varian BA.2.75 sebagai "varian dalam pemantauan" pada 7 Juli.
Namun, ada beberapa indikasi bahwa subvarian BA.2.75 bisa lebih menular atau terkait dengan penyakit yang lebih parah, tetapi buktinya lemah atau belum dinilai.