Suara.com - Seorang wanita bernama Jenna Fletcher harus tetap mengandung walau salah satu janin kembar identik di dalam rahimnya meninggal dunia pada 2018 lalu, saat usia kehamilannya menginjak 32 minggu.
Berbicara kepada Insider, Fletcher mengaku dokter memaksanya untuk mengandung janin yang sudah meninggal dan mengharuskannya untuk dirawat selama seminggu di rumah sakit.
"Saya menghabiskan hampir seminggu di rumah sakit dengan satu anak laki-laki yang masih hidup dam satu anak laki-laki yang mati di dalam tubuhku," kata Fletcher.
Masa kehamilannya berat, baik secara fisik maupun mental. Sebab, ia menderita hiperemesis gravidarum dan mengalami diabetes gestasional. Usianya juga tua untuk mengandung anak kembar.
"Saya diawasi secara ketat karena saya memiliki riwayat preeklamsia dan masalah medis yang mendasarinya," sambungnya.
![ilustrasi hamil, kehamilan, bayi. [Envato Elements]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/02/36377-ilustrasi-hamil-kehamilan-bayi-envato-elements.jpg)
Hiperemesis gravidarum merupakan muntah dan mual, atau morning sickness, yang terjadi secara berlebihan selama hamil.
Sementara diabetes gestasional adalah diabetes yang berlangsung selama kehamilan hingga proses persalinan.
Fletcher ingin mengakhiri kehamilannya dengan melahirkan bayinya yang masih hidup lebih awal, tetapi pihak rumah sakit menolak.
Menurutnya, bayinya yang masih hidup akan memiliki kesempatan yang lebih baik daripada tetap berada di dalam rahimnya, bersama saudara lainnya yang sudah meninggal.
Baca Juga: Hits Kesehatan: Dikira Hamil Ternyata Miom, Ditemukan Kondom Milik Firaun
"Perasaan bahwa aku mengandung janin meninggal tidak pernah terlupakan. Budaya telah memberi tahu kita bahwa kematian itu menakutkan dan menyedihkan, tetapi kalimat itu (sebenarnya) tidak cukup kuat (untuk menggambarkan perasaanya)," imbuhnya.