Suara.com - Virus corona SARS Cov-2 yang jadi penyebab infeksi Covid-19 masih terus bermutasi. Terkini, mutasi yang tengah diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni subvarian BA.2.75 yang dsebut juga Centaurus.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. dr. Zubairi Djurban, Sp.PD., mengatakan bahwa subvarian itu dianggap sangat menular dan telah tersebar di 10 negara.
"Namun belum ada bukti kuat akan membawa kita ke hari-hari tergelap dari pandemi," kata prof. Zubairi dikutip dari tulisannya di Twitter pribadinya, Kamis (14/7/2022).
Berikut sejumlah fakta tentang BA.2.75 yang diungkap prof. Zubairi:
1. Belum Terbukti Lebih Berbahaya
Menurut prof. Zubairi, BA.2.75 belum terbukti menyebabkan infeksi Covid-19 jadi lebih serius dibandingkan subvarian lainnya. Bahkan beberapa ahli menyebut BA.2.75 sebagai subvarian yang paling tidak mematikan.
Saat ini, BA.2.75 berada kategori Variant of Concern (VOC) Lineage Under Monitoring (LUM). Artinya, sedang diawasi secara ketat oleh WHO.
2. Belum Ada di Indonesia
Sebanyak sepuluh negara telah melaporkan infeksi Covid-19 subvarian BA.2.75 dengan jumlah sekitar 70 kasus di seluruh dunia. Prof. Zubairi menambahkan, belum ada data yang menyatakan subvarian itu menyebabkan infeksi yang lebih serius ketimbang Omicron awal.
Hingga sekarang juga dipastikan belum ada kasus serupa di Indonesia. Subvarian itu pertama kali ditemukan di India.