Suara.com - Banyak orang di sekeliling kita mungkin sering mengolok-olok seseorang terlihat lebih tua dari usianya. Tahukah Anda? Ejekan atau sindiran yang menyinggung soal penuaan ini bukanlah lelucon yang biasa.
Seorang ahli disparitas kesehatan di Universitas Oklahoma, Julie Ober Allen menghabiskan banyak waktu mengenai dampak olok-olokan yang menyinggung soal penuaan tersebut. Ia melakukan ini setelah anak laki-laki diolok-olok lebih tua daripada usia aslinya.
Julie mengakui bahwa olok-olokan yang menyinggung soal penuaan ini merupakan penghiaan dan sindiran yang begitu umum dan sering terjadi.
"Ageisme sehari-hari ini bisa memberikan efek kumulatif," kata Julie dikutip dari News Week.
Baca Juga: 4 Makanan Sehat yang Baik Bagi Kesehatan Jantung
Studi yang diterbitkan di JAMA Network Open, mengamati sekitar 2.035 orang Amerika antara usia 50 dan 80 tahun, yang mana 93 persen di antaranya menemukan pesan yang merendahkan tentang penuaan secara teratur.
Pesan-pesan ini sering ditemukan dalam berbagai bentuk pesan, seperti pesan ulang tahun. Banyak orang sering mengingatkan orang yang sedang ulang tahun itu tengah bertambah tua atau semakin tua.
Psikolog menyebut komentar dan perilaku seperti itu sebagai agresi mikro. Sebuah analisis baru-baru ini dari 141 penelitian sebelumnya menemukan bahwa mereka terkait dengan depresi, kecemasan, kepuasan kerja yang lebih rendah, dan harga diri yang buruk.
Contoh utama dari ageisme, seperti penolakan pekerjaan atau transplantasi organ. Tapi, penelitian Allen dan rekannya ini adalah pertama kalinya yang mengkonfirmasi universalitas bentuk-bentuk diskriminasi usia yang kecil tetapi meluas.
Anda mungkin menyebut olok-olokan ini sepele, tetapi dampaknya cukup besar. Sayangnya, Dr. Derald Wing Sue, seorang profesor di Teachers College, Universitas Columbia mengatakan dampak buruk yang besar ini tidak disadari oleh banyak orang.
Baca Juga: 5 Kegunaan Sarang Walet untuk Kesehatan, Bermanfaat bagi Jantung dan Otak
Ageisme mikro bisa berbahaya karena sering kali tidak disengaja dan mungkin berasal dari keinginan untuk bersikap baik.
Misalnya, seseorang mungkin menawarkan untuk membantu orang yang lebih tua menyeberang jalan meskipun orang tersebut mampu dan tidak mencari bantuan.
Tapi, studi semacam ini tidak bisa membuktikan secara pasti kalau agreisme ini bisa memicu masalah kesehatan atau tidak.
Hal ini juga sejalan dengan studi oleh peneliti Becca Levy di Yale School of Public Health, yang eksperimennya menunjukkan bahwa stereotip negatif terhadap penuaan ini bisa meningkatkan tekanan darah orang dan hasil tes memori yang buruk.
Sedangkan, stereotip positif mengenai hal ini bisa meningkatkan kekuatan fisik dan keseimbangan, kecepatan berjalan dan keinginan untuk hidup.