Mengenal Virus Corona BA.5 dan Potensinya Menginfeksi Manusia, Bisa Lebih Parah?

Risna Halidi Suara.Com
Kamis, 14 Juli 2022 | 07:03 WIB
Mengenal Virus Corona BA.5 dan Potensinya Menginfeksi Manusia, Bisa Lebih Parah?
Ilustrasi omicron BA.4 dan BA.5 (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia WHO, virus corona BA.5 berada di balik 52 persen kasus COVID-19 pada akhir Juni, naik dari 37 persen dalam sepekan.

Di Amerika Serikat, BA.5 ini diperkirakan menjadi penyebab sekitar 65 persen kasus COVID-19. BA.5 sendiri bukan subvarian baru dan pertama kali ditemukan pada Januari lalu.

BA.5 adalah saudara dari Omicron, varian yang mendominasi dunia sejak akhir 2021, dan pemicu lonjakan kasus di banyak negara, termasuk Afrika Selatan tempat varian itu pertama ditemukan, Inggris, dan Australia.

Dikutip dari ANTARA, Kamis (14/7/2022), BA.5 memiliki kemampuan yang baik untuk menghindari perlindungan imun yang diperoleh dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.

Baca Juga: Melonjak Lagi, Kasus Positif Covid-19 di Kalimantan Selatan Bertambah 23 Orang

Dengan kemampuan tersebut, "BA.5 memiliki kelebihan dalam penyebaran dibandingkan dengan turunan-turunan Omicron yang beredar," kata Maria Van Kerkhove, kepala tim teknis bidang COVID-19 di WHO dalam jumpa pers, Selasa.

Bagi kebanyakan orang, hal itu berarti BA.5 mampu menginfeksi ulang seseorang, meskipun orang tersebut baru saja sembuh dari COVID-19.

Van Kerkhove mengatakan WHO sedang mendalami laporan kasus-kasus infeksi berulang.

"Kami punya cukup bukti bahwa orang-orang yang pernah terkena Omicron terinfeksi lagi dengan BA.5. Tak ada keraguan tentang hal itu," kata Gregory Poland, pakar virologi dan peneliti vaksin di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.

Jika BA.5 menjadi subvarian yang umum ditemukan sekarang, hal itu semata-mata karena banyak orang pernah terinfeksi Omicron, menurut para peneliti.

Baca Juga: Satu Pasien Meninggal Akibat Covid-19 Bertambah di Kaltim, Total Capai 5.718 Orang

Meski peningkatan kasus telah menyebabkan lebih banyak orang yang dirawat di sejumlah negara, angka kematian tidak bertambah secara drastis.

Hal itu sebagian besar disebabkan oleh vaksin, yang tetap melindungi penerimanya dari penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.

Para produsen dan regulator juga berusaha mengembangkan vaksin yang langsung menyasar varian-varian baru Omicron.

Belum ada bukti bahwa BA.5 lebih berbahaya daripada varian Omicron lainnya, kata Van Kerkhove, meskipun lonjakan kasus dapat membebani layanan kesehatan dan membawa risiko "long COVID" kepada lebih banyak orang.

WHO dan para ahli lainnya juga mengatakan bahwa pandemi saat ini, yang berkepanjangan akibat ketidaksetaraan vaksin dan keinginan banyak negara untuk "hidup bersama COVID", hanya akan menciptakan lebih banyak varian baru yang sulit diprediksi.

Para ilmuwan kini sedang mencermati BA.2.75, yang pertama kali terdeteksi di India.

WHO mengatakan pada Selasa bahwa pandemi COVID-19 masih menjadi darurat kesehatan global, dan negara-negara harus mempertimbangkan aturan kesehatan publik seperti memakai masker dan menjaga jarak ketika kasus melonjak, selain vaksinasi.

"Apa yang secara fundamental tidak dipahami masyarakat adalah bahwa ketika ada penularan yang tinggi di komunitas, (virus) ini akan bermutasi," kata Poland. "Tak ada yang tahu apa yang terjadi berikutnya. Kita sedang bermain api."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI