Suara.com - Penyakit kardiovaskular atau PKV merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia, yang umumnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia.
Dalam beberapa tahun ke depan, diprediksi akan terjadi kematian akibat PKV sebanyak 23 juta per tahun pada tahun 2030, yang membuat PKV menjadi penyebab kematian utama.
Bahkan saat ini saja, terdapat sekitar 17 juta kematian per tahun akibat PKV, yang merupakan 31 persen dari seluruh total kematian di dunia.
Dikatakan oleh Profesor Sukman Tulus, pada umumnya, manifestasi klinis PKV terjadi pada usia dewasa dan lanjut sebelum umur 6o tahun.
Baca Juga: Dokter Ungkap Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular Saat Usia Remaja Tinggi, Kok Bisa?
Namun proses pathogenesis aterosklerosis yang menyebabkan penyakit kardiovaskular telah terjadi sejak usia dini terutama pada masa anak dan masa remaja.
Lebih lanjut, ia menyebut bagaimana faktor risiko kardiovaskular dikelompokkan dalam tiga kelompok yakni: faktor risiko yang dapat diubah atau disebut juga sebagai faktor risiko tradisional, faktor risiko intrinsik, dan faktor risiko yang baru muncul.
Faktor risiko tradisional di antaranya hiperlipidemia, obesitas, inaktivitas atau gaya hidup sedentary, diabetes mellitus, merokok dan hipertensi.
Sementara itu, faktor risiko intrinsik meliputi genetik, lingkungan dan suscestibility; serta faktor risiko yang baru muncul (emerging risk factors) meliputi inflamasi/infeksi sistemik, sitokine, CRP dan homosistein.
Nantinya, faktor risiko yang ada akan menyebabkan disfungsi endotel vaskular, peningkatan respons inflamasi endotel serta hyperplasia intima, yang pada akhirnya membentuk lesi aterosklerotik yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
Baca Juga: Rini S Bon Bon Meninggal, Benarkah Diabetes Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung?
Proses tersebut, kata Profesor Sukman, terjadi perlahan namun pasti dalam beberapa dekade kehidupan. Untuk itu ia sangat mengimbau deteksi dini penyakit kardiovaskular bahkan sejak usia anak dan remaja.
“Deteksi faktor risiko kardiovaskular melalui uji tapis pada usia anak dan remaja dan strategi untuk melakukan intervensi merupakan kunci utama dalam menurunkan angka kejadian PKV di usia dewasa dan lanjut," kata Profesor Sukman, dikutip dari siaran pers, Senin (11/7/2022).
Ia menyebut, angka kematian akibat PKV di Indonesia masih tinggi, yang mungkin terjadi akibat minimnya kesadaran untuk mendeteksi dan mengintervensi faktor risiko kardiovaskular sejak usia dini dan remaja pada sekitar 90 juta anak Indonesia.
"Diperlukan strategi dan langkah yang kongkrit dengan melibatkan semua sektor terkait dari sektor kesehatan, pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat itu sendiri,” kata Profesor Sukman yang juga ketua Purna Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.