Suara.com - Nyeri dada di sebelah kiri menjadi gejala utama penyakit jantung koroner yang diketahui masyarakat. Padahal kata dokter, gejala penyakit jantung bukan hanya itu loh!
Dijelaskan oleh dr. Yahya Berkahanto Juwana, Sp.JP (K), Ph.D, FIHA dari Ikatan Dokter Indonesia menjelaskan bahwa secara umum, gejala serangan jantung dapat disimpulkan sebagai berikut: rasa tertekan serasa ditimpa beban, sakit, terjepit, dan terbakar yang menyebabkan sesak di dada dan tercekik di leher, rasa sakit dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung. Hal itu dapat berlangsung sekitar 15-20 menit dan terjadi secara terus-menerus.
Gejala lainnya adalah timbul keringat dingin, tubuh lemah, dan jantung berdebar, selanjutnya pingsan. Rasa sakit tersebut dapat berkurang dengan istirahat, tetapi bertambah berat jika beraktivitas.
Konsultan Kardiologi Intervensi di RS Pondok Indah menjelaskan tanda-tanda dan gejala penyakit ini. Kurangnya oksigen yang dialirkan ke otot jantung akibat penyempitan atau sumbatan pembuluh darah koroner menimbulkan rasa sakit di dada bagian tengah kiri (angina pectoris).

Rasa sakit tersebut biasanya timbul saat beraktivitas dan berkurang saat beristirahat. Pada penderita berusia lanjut (lebih dari 65 tahun), keluhan nyeri dada ini sering tidak jelas atau tersamarkan, seperti masuk angin.
Apabila seseorang mulai merasakan nyeri dada, baik ringan sampai dengan berat, sebaiknya segeralah periksakan diri ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Apalagi jika nyeri ini sudah menjalar ke leher, rahang, bahu, tangan sisi kiri, punggung, atau perut sisi kiri.
Nyeri dada disebut dengan “angina” dan dapat bertahan selama beberapa menit. Jika plak belum menyumbat arteri koroner secara menyeluruh, angina dapat mereda dengan sendirinya.
Keluhan seperti sering berkeringat dingin, mual, muntah, atau mudah lelah juga menjadi gejala yang perlu diwaspadai. Terlebih jika ditemukan kondisi irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia). Apabila tidak ditangani dengan segera, hal ini dapat menyebabkan henti jantung (sudden cardiac arrest).
Penanganan penyakit jantung koroner umumnya melibatkan perubahan pola hidup yang dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur medis. Pemberian obat ini sebaiknya sejalan dengan tindakan revaskularisasi, baik pemasangan ring jantung (stent) atau operasi bypass pada kondisi penyakit jantung koroner yang berat, demi mencegah gangguan jantung yang lebih lanjut.
Baca Juga: Risiko Penyakit Jantung Dapat Dicegah, Berikut Caranya
Prosedur pemasangan ring jantung adalah sebuah prosedur yang dilakukan untuk melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat di bagian jantung dengan cara non-invasif atau tanpa bedah dengan menggunakan anestesi lokal lewat daerah pergelangan tangan ataupun pangkal paha.