Suara.com - Sertifikat vaksinasi global menjadi salah satu wacana yang dibicarakan dalam pertemuan Menteri Kesehatan G20 beberapa waktu lalu. Bagaimana perkembangannya?
Staf khusus Menteri Kesehatan bidang Tata Kelola Pemerintahan Ronaldus Mujur di sela-sela 2nd G20 Sherpa Meeting di Labuan Bajo, NTT, Minggu (10/7/2022), menjelaskan bahwa salah satu manfaat sertifkat vaksinasi global perbaikan sektor pariwisata.
“Sehingga nanti saling pengakuan sertifikat vaksin dan protokol kesehatan di pintu-pintu masuk sangat penting, sehingga nanti ada seamless travel,” katanya.
Dalam sesi Arsitektur Kesehatan Global pada Minggu, pihaknya memaparkan hasil diskusi dalam pertemuan bidang kesehatan yang telah digelar pada akhir Maret lalu dimana semua pihak setuju bahwa protokol kesehatan dan pengakuan sertifikat vaksin penting untuk dilakukan di level internasional dan bagi perjalanan internasional.
![Ilustrasi sertifikat vaksin. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/10/83773-ilustrasi-sertifikat-vaksin-sertifikat-vaksinasi.jpg)
Ide yang dibahas yakni terkait adanya infrastruktur digital, seperti PeduliLindungi yang diterapkan di Indonesia, yang dapat digunakan untuk masuk dan keluar dari satu negara ke negara lain.
Hal itu guna mempermudah pelaku perjalanan dengan menyederhanakan proses pemeriksaan dokumen, tak hanya bagi pelaku wisata namun juga bagi pelaku perjalanan dengan tujuan lain.
Dia juga menjelaskan pariwisata menjadi salah satu bidang yang terdampak oleh pandemi COVID-19.
“Selain untuk pariwisata, ada banyak mengenai pergerakan pekerja ahli antar negara ke negara lain, itu yang akan sangat terbantu dari platform yang sama ini,” kata dia.
Untuk mendorong inisiatif tersebut, Indonesia telah mengajukan pelaksanaan "connect-a-thon" G20 pada tanggal 20 Juli mendatang, di mana negara-negara akan melakukan pertemuan bilateral secara terus menerus secara virtual untuk membahas wacana seamless travel.
Baca Juga: Cegah Penyebaran COVID-19 di Asia Tenggara, Sertifikat Vaksinasi Perlu Miliki Standar yang Sama
Kegiatan itu melibatkan sejumlah tim teknologi informasi, termasuk tim Kemenkes, untuk mendorong fase pertama agar semua negara G20 nantinya terhubung.