Suara.com - Selain dijadikan sate, daging kurban juga kedap dijadikan sop terutama kambing. Tetapi, sejumlah orang takut untuk mengonsumsi hidangan tersebut karena khawatir tekanan darah tinggi.
Padahal, bukan daging kambing yang secara langsung menaikan tekanan darah. Melainkan kandungan garam dalam sop tersebut.
Kemesterian Kesehatan RI menganjurkan batas aman konsumsi garam harian sebanyak satu sendok teh atau sekitar 5-6 gram. Garam tersebut tidak hanya berasal dari bubuk NaCl tapi juga dapat berasal dari kecap, salah satu bumbu utama atau penyedap hidangan daging kambing.
Dokter spesialis gizi Samuel Oetoro menjelaskan bahwa unsur Natrium atau Sodium (Na) dalam garam (NaCl) ialah elektrolit yang berfungsi mengatur air di dalam tubuh. Natrium dalam jumlah besar berarti semakin banyak air yang disimpan dalam pembuluh darah. Itulah yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
Baca Juga: Penelitian: Cukup Berjalan Kaki untuk Turunkan Tekanan Darah Tinggi!
Apabilan hidangan sop kambing dimasak dengan satu sendok teh garam, berarti terkandung Natrium sebanyak 2 gram.
"Belum lagi, (dalam sop kambing) jiak tambahin lagi MSG, Monosodium Glutamat. Jadi berapa banyak natrium yang Anda makan," kata dokter Samuel, dikutip dari situs Kemenkes RI.
Ia menambahkan, mengonsumsi sop kambing sebenarnya tidak apa-apa, asalkan jangan berlebihan diberi garam. Baik itu dalam bentuk garam dapur maupun MSG.
"Terus pilihan dagingnya jangan yang berlemak, jangan jeroan," sarannya lagi.
Efek menaikan tekanan darah akibat hidangan sop kambing juga ternyata bisa diringankan. Penelitian dari Sunagawa pada tahun 2014 membuktikan kalau tanaman mugwort atau baru cina (Artemisia vulgaris) yang ditambahkan pada hidangan daging kambing dapat meringankan efeknya terhadap tekanan darah.
Baca Juga: Studi: Jadi Korban Pelecehan Seksual, Perempuan Lebih Berisiko Alami Hipertensi
Baru cina biasa dijadikan sebagai penyedap rasa dalam hidangan sop kambing tradisional di Pulau Okinawa, Jepang. Tanaman tersebut memang jarang digunakan sebagai bumbu pada masakan Indonesia. Tetapi ada tanaman lain yang biasa dimakan untuk mengurangi 'efek berbahaya' dari makanan, seperti ketimun, acar, dan lalapan.
"Ketimun dan lalapan mengandung serat yang dapat menyerap sebagian makanan yang kita makan. Tapi seharusnya sayuran atau buah yang berserat dimakan sebelum, atau bersamaan dengan hidangan utama, bukan setelahnya," sarannya.
Cara tersebut dinilai lebih efektif dibandingkan berpikir untuk olahraga lebih ekstra pasca konsumsi hidangan daging kambing.
Dokter Samuel mengatakan bahwa berolahraga untuk meringankan efek negatif dari makanan yang tidak sehat justru pola pikir yang salah. Ia tidak menyarankan olahraga sebagai cara untuk meringankan efek negatif dari makanan yang tidak sehat.
"Enggak bisa Anda makan sop kambing hari ini, terus besok olahraga dua jam. Enggak boleh, malah itu bahaya. Olahraga harus rutin, makannya harus diatur," ujarnya.
Ia mengingatkan masyarakat sebaiknya melakukan pola pikir hidup sehat dan bugar dengan menerapkan 5S, yaitu makan sehat, berpikir sehat, istirahat sehat, aktivitas sehat, olahraga, dan lingkungan sehat, serta tidak merokok.