Suara.com - Tak ada rumus pasti seperti apa pola asuh yang baik untuk anak. Padahal, pola asuh yang baik penting dilakukan karena akan sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Meski demikian, ada beberapa tanda dampak dari pola asuh yang kurang baik.
Misalnya, ketika anak-anak mencoba melarikan diri dari orangtua. Hal itu bisa berarti ada sesuatu janggal di rumah. Dikutip dari Times of India, berikut tujuh dampak dari pola asuh yang salah, yang bisa memengaruhi masa depan anak.
1. Terlalu Mengekang atau Terlalu Bebas
Terlalu mengekang atau membebaskan anak bisa berdampak buruk bagi anak. Dikatakan, menerapkan pola disiplin ketat akan memperlebar jarak komunikasi antara orangtua dengan anak.
Sementara terlalu membebaskan anak melakukan apa pun juga berisiko membuatnya berperilaku seenaknya atau tidak bertanggungjawab. Bagaimanapun, ikatan orangtua tidak akan terlepas dari anak. Oleh karena itu, orangtua harus memahami cara terbaik untuk menangani anak-anak.
Baca Juga: Polisi Tangkap Pemerkosa Anak Di Bawah Umur di Pos Kamling Kota Manado
2. Memberi Hukuman Fisik
Menurut American Academy of Pediatrics, mengajarkan pola disiplin dengan cara kasar, seperti berteriak dan memukul, merupakan cara yang buruk dalam mendidik anak.
Penelitian menunjukkan bahwa cara itu punya efek negatif jangka panjang. Anak-anak yang terkena hukuman seperti itu cenderung mengembangkan perilaku agresif ketika tumbuh dewasa.
3. Plin Plan
Jika orangtua telah membuat aturan di dalam rumah, sebaiknya jangan sekalipun melanggarnya di depan anak. Ketidakkonsistenan orangtua terhadap aturan, janji, dan komitmen akan menuoar pada anak dan dijadikan alasan untuk mengikuti kebiasaan itu.
Tetapi, jika pada akhirnya aturan dilanggar juga, bersikap adil dengan menetapkan konsekuensi untuk itu. Berikan contoh di depan anak tentang mengapa aturan tidak boleh dilanggar.
4. Tidak Berhati-hati dengan Suasana Hati
Menjadi orang tua adalah fase terberat dalam hidup seseorang. Sementara di satu sisi menjadi orang tua menuntut semua energi dan kerja keras, di sisi lain juga dituntut untuk menjadi panutan bagi anak.
Kontrol emosi secara baik setiap kali berada di deoan anak. Jika merasa kesal, pastikan tidak melampiaskan rasa frustrasi di hadapan anak.
Baca Juga: Foto Wulan Guritno Pamer Punggung Mulus, Lelaki Pasti Meleleh!
5. Jarang Berinteraksi
Karena kehidupan kantor yang sibuk, banyak orangtua tidak mendapatkan cukup waktu untuk berbicara dengan anak-anaknya. Karena kesenjangan komunikasi yang terlihat, anak-anak menyimpan kekhawatiran mereka untuk diri sendiri, atau mencari teman juga anggota keluarga lainnya.
6. Memberi Hadiah Mahal
Sangat sering terlihat bahwa orang tua mencoba memberi anak-anak mereka barang-barang mahal untuk mengimbangi kesenjangan komunikasi dan interaksi. Mereka berasumsi bahwa beralih ke hadiah mahal akan mempertahankan ikatan orangtua dengan anak.
Padahal tindakan itu membuat anak-anak bergantung pada produk mahal dan dalam jangka panjang bisa berubah menjadi dorongan yang tak tertahankan.
7. Membandingkan
Aturan emas mengasuh anak adalah tidak membandingkan dengan anak orang lain. Kemampuan anak tidak boleh menjadi tolok ukur untuk mengukur efisiensi orangtua. Setiap anak memiliki bakat dan kemampuan berbeda-beda. Orang tua sebaiknya fokus terhadap bakat alami anak-anaknya, daripada memikirkan apa yang dilakukan anak tetangga.