Suara.com - Tenaga kesehatan haji perlu memberikan perhatian lebih pada jemaah haji risiko tinggi, jelang puncak haji 2022 di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) dalam waktu dekat.
Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana, MARS meminta TKH mengawal ketat 30 jemaah haji risiko tinggi (risti), skrining kesehatan ketat, serta gerakan minum bersama dan makan tiga butir kurma.
Menurut dr. Budi, ketiga pesan ini harus menjadi pedoman bagi semua TKH sebagai bentuk ikhtiar dalam mencapai target mengurangi angka kesakitan dan kematian jemaah haji di tahun ini.
"Ingat misi kita, bahwa angka kematian harus dibawah satu per mil. Saya tidak akan gunakan angka absolut. Kurang dari satu per mil," tegas dr. Budi dalam keterangan yang diterima Suara.com.
Untuk itu, dr. Budi menekankan ketiga pesan ini harus betul-betul dilaksanakan oleh semua petugas kesehatan, khususnya para Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kloter.
"Ingat formasi 30 jamaah risti harus dikawal ketat," kata dr Budi.
Pengawalan ketat ini dilakukan dengan memastikan 30 jemaah risti dimaksud berada satu tenda dengan para TKH Kloter. Sehingga TKH dapat melakukan pemantauan secara intens terhadap kepatuhan jemaah dalam mengkonsumsi obat rutin secara teratur.
TKH juga dapat memastikan jemaah haji risti tidak melakukan aktivitas yang terlalu banyak di luar tenda. Pun ketika keluar tenda jemaah harus dipastikan berbekal Alat Pelindung Diri yang lengkap, seperti payung, kacamata hitam, dan alat semprot wajah.
Budi mengatakan, sampai saat ini belum ada informasi 30 jemaah haji yang memang masuk kelompok risti yang meninggal dunia. Itulah pentingnya kenapa TKH harus terus mengawal ketat jamaah haji risti selama di Arab Saudi.
Baca Juga: Gangguan Pernapasan Rentan Menyerang Jemaah, Dokter Ingatkan Basahi Masker Bukan Solusi
Menurutnya, pemantauan ketat 30 jemaah haji risti akan memudahkan pada tenaga kesehatan kloter untuk melakukan monitoring dan kontroling terhadap kondisi jemaah. Harapannya, jamaah haji akan tetap terjaga kondisinya sampai kembali ke tanah air nanti.