Suara.com - Meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia kembali membuat peredaran hoaks dan berita palsu seputar obat Covid-19 menyebar di masyarakat.
Mengutip laman Covid-19.go.id, hingga saat ini belum ada obat yang khusus direkomendasikan untuk menyembuhkan infeksi Covid-19. Sejumlah kombinasi pengobatan yang ada saat ini dilakukan terutama untuk mengurangi gejala yang dirasakan pasien.
Simak sejumlah hoaks seputar obat yang disebut bisa menyembuhkan Covid-19 ini, seperti dikutip dari berbagai sumber.
1. Aspirin
Baca Juga: 4 Obat Terapi COVID-19 yang Mendapat Izin BPOM
Di pertengahan tahun 2022, beredar klaim yang menyebut Covid-19 bisa disembuhkan dengan aspirin. Hal ini terbukti tidak benar.
Aspirin adalah salah satu golongan obat yang digunakan untuk meredakan nyeri dan sakit kepala, bukan untuk menyembuhkan ifneksi.
2. Resep obat dokter Wisma Atlet
Di media sosial juga beredar pesan berantai yang menyebut resep obat dari dokter Wisma Atlet. Dalam pesan tersebut tertera sejumlah kombinasi obat mulai dari Azitromycin hingga neurobion yang disebut sebagai obat Covid-19.
Hal ini tidak benar dan sudah dibantah oleh Satgas Covid-19. Pemberian kombinasi obat untuk pasien Covid-19 berbeda-beda tergantung keparahan dan penyakit penyerta, sehingga berbeda-beda untuk setiap orang.
Baca Juga: Hadapi Varian Anyar Covid-19, KSP Cek Ketersedian Obat dan Oksigen
3. Kumur air garam
Klaim kumur air garam bisa menghilangkan virus Covid-19 yang mencatut nama ilmuwan Jerman kembali beredar di media sosial.
Penelitian membuktikan bahwa tidak ada manfaat nyata antara berkumur air garam dengan penurunan risiko Covid-19.
4. Paracetamol
Beredar klaim yang mengatakan paracetamol merupakan obat ampuh untuk infeksi Covid-19 varian Omicron.
Klaim ini tidak benar, mengingat fungsi paracetamol hanyalah menghilangkan gejala demam dan sakit kepala, bukan menghentikan infeksi di dalam tubuh.
5. Campuran daun pepaya dan jahe
Beredar di media sosial, klaim campuran daun pepaya yang dicuci bersih dan dicampur dengan jahe bisa menyembuhkan infeksi Covid-19 varian Omicron.
Hal ini terbukti tidak benar, karena tidak ada bukti penelitian ilmiah yang mendukung klaim ini.