Suara.com - Seorang ilmuwan top Rusia, Dmitry Kolker, meninggal dunia akibat kanker, dua hari setelah ditangkap atas tuduhan pengkhianatan terhadap negara, pada Sabtu (2/7/2022).
Kolker dituduh sebagai mata-mata China karena pernah memberi kuliah ilmiah di negara tersebut. Menurut keluarga, Kolker sama sekali tidak bersalah.
Sebelum meninggal, Kolker dirawat di sebuah rumah sakit di Siberia. Kemudian, ia diseret dan diterbangkan ke Moskow oleh anggota Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB).
Doktor fisika dan matematika di Novosibirsk State University, berusia 54 tahun itu menderita kanker pankreas stadium empat.
Baca Juga: Minta Barat Kirim Senjata, Presiden Zelensky Ingin Rebut Lagi Lysychansk dari Rusia
"Kontak terakhir saya dengan ayah saya adalah pada pukul 18:15 dalam penerbangan ke Moskow. Dia mengatakan dia mengucapkan selamat tinggal," kata sang anak, Maxim Kolker, dilansir New York Post.
Penyelidik mengatakan bahwa kondisi Kolker baik, dengan lemari es di sel penjara.
"Kulkas apa? Ayah tidak bisa makan, dia makan melalui infus," sambungnya.
Kolker ditemani agen FSB dalam semua perjalanannya ke China. Para petugas memastikan bahwa Kolker hanya berbicara kepada mahasiswa China dalam bahasa Rusia melalui seorang penerjemah.
Putrinya, Alina Mironova, telah mengecam penangkapannya dalam sebuah ungaghan di halaman VKontakte-nya.
"Kanker pankreas stadium empat adalah vonis. Tetapi menghadapi vonis seperti itu tidak di rumah, tetapi di dalam tembok pusat penahanan tanpa perawatan medis yang layak," tulis Mironova.