Mengenal Sistem ERPOC, Kuret yang Dilakukan Annisa Pohan Pasca Keguguran

Senin, 04 Juli 2022 | 09:03 WIB
Mengenal Sistem ERPOC, Kuret yang Dilakukan Annisa Pohan Pasca Keguguran
Annisa Pohan keguguran. [Instagram @annisayudhoyono]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabar duka dibagikan Annisa Pohan. Istri politisi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu mengungkapkan kalau dirinya baru saja mengalami keguguran saat usia janin baru 7 minggu.

Melalui unggahannya di Instagram, Annisa bercerita kalau janinnya tidak berkembang. Dokter yang merawatnya kemudian menyarankan Annisa untuk melakukan pengangkatan janin dan pembersihan dengan sistem ERPOC (Retained Products of Conception), serupa dengan kuret, yang telah dilakukan pada Sabtu (2/7/2022).

Cara tersebut sama seperti kuret dengan melebarkan leher rahim untuk mengangkat sisa jaringan tubuh janin. Dikutip dari situs Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, operasi ERPOC biasanya dilakukan selama sekitar 5-10 menit.

Tetapi, sebelumnya pasien akan ditanya tentang riwayat kesehatannya, dan juga diambil sampel darah. Pasien disarankan tidak makan selama 6 jam sebelum operasi. Sementara minum masih diperbolehkan hingga 2 jam sebelum operasi dilakukan.

Baca Juga: Kabar Duka Datang dari Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, Sang Istri Sangat Terpukul

Salah satu manfaat sistem ERPOC memungkinkan ibu untuk pulih lebih cepat juga perdarahan yang sedikit setelah operasi.

Meski begitu, tetap ada sejumlah risiko yang terkait dengan operasi ERPOC, di antaranya:

  1. Kehilangan banyak darah selama operasi, risiko ini juga tergantung dengan usia janin yang diangkat. Walaupun jarang terjadi, tapi pada pasien tertentu bisa saja terjadi perdarahan cukup berat sehingga butuh transfusi darah.
  2. Rahim mungkin tidak benar-benar dikosongkan. Ada kemungkinan rahim bisa terus berdarah dan atau nyeri setelah operasi, dan mungkin ada kebutuhan untuk mengulangi operasi. Tetapi, kemungkinan risiko itu terjadi pada 2-3 orang dari setiap 100 kasus.
  3. Ada kemungkinan 1 dari 200 pasien akan mengalami rahim perforasi saat operasi. Kondisi itu membuat dokter perlu membuat lubang kecil di dinding rahim. Operasi lebih lanjut mungkin diperlukan, sehingga pasien harus tinggal lebih lama di rumah sakit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI