Suara.com - Laporan terbaru tentang kasus Covid-19 menyebutkan kenaikan kasus terjadi di hampir seluruh negara-negara dunia.
Terkait hal ini, juru bicara pemerintah untuk Covid-19, Prof Wiku Adisasmito menjelaskan data kenaikan kasus positif mingguan secara global, Indonesia menjadi yang paling signifikan hingga 620 persen dalam 28 hari.
Selanjutnya ada Bangladesh naik 500% dalam 22 hari, Inggris naik 380% dalam 23 hari, Italia naik 241% dalam 25 hari, Jerman naik 209% dalam 22 hari, Singapura naik 116% dalam 18 hari, Malaysia naik 49% dalam 19 hari, dan Amerika Serikat naik 14% dalam 8 hari.
"Hal ini penting menjadi perhatian karena dengan meningkatnya kembali kasus pada beberapa negara tersebut, artinya kita perlu kembali waspada dan ini membuktikan bahwa COVID-19 masih ada," kata Wiku dikutip dari situs resmi Satgas Covid-19.
Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 1 Juli: Positif 1.100, Sembuh 1.147, Meninggal 1
Di Indonesia sendiri, selama 2 hari berturut-turut, kasus harian terus berada di atas angka 2.000 kasus. Meski, angka ini tidak lebih besar dari puncak kasus sebelumnya, namun periode saat ini periode libur anak sekolah yang cenderung meningkatkan mobilitas masyarakat ke tempat-tempat wisata. Ditambah, mendekati hari raya Idul Adha tentunya juga akan meningkatkan aktivitas masyarakat.
Dalam mewaspadai kenaikan kasus saat ini, penting melihat kembali pengalaman pada periode yang sama di tahun lalu. Dengan puncak tertinggi terjadi pada Juli 2021 dan kasus melebihi 1 juta dalam 1 bulan. Dari perkembangan grafik kasus per bulan, pada Mei hingga Juni di tahun 2021, kenaikannya melebihi 200 ribu kasus, yaitu dari 153 ribu menjadi 356 ribu kasus selama 2 bulan. Angka ini mencapai puncak di bulan Juli 2021 hingga penambahannya melebihi 1 juta kasus selama Juli 2021.
"Perlu diingat bahwa di tahun lalu, kasus positif ini baru mengalami penurunan setelah 3 bulan. Kenaikan kasus ini terjadi pasca Idul Fitri dan Idul Adha, dan juga diperkuat dengan periode libur anak sekolah," jelas Wiku.
Dibandingkan tahun ini, kabar baiknya angka pada periode bulan yang sama terbilang jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Jika di tahun lalu mencapai 350 ribu kasus dalam 1 bulan, per Juni di tahun ini hanya sebesar 31 ribu kasus bulanan. Bahkan angka di bulan Mei lalu lebih kecil lagi, yaitu hanya 8 ribu kasus bulanan.
"Angka yang rendah di tahun ini jika dibandingkan tahun lalu, menunjukkan kita semakin resilien dan terus memperbaiki situasi ke arah yang lebih baik. Namun, di sisi lain, kita harus waspada karena adanya kenaikan lebih dari 23 ribu kasus dalam 1 bulan menandakan bahwa tingkat penularan di tengah masyarakat semakin meluas," lanjut Wiku.
Untuk itu, masyarakat diingatkan senantiasa memakai masker sebagai tameng dari COVID-19. Masyarakat diharapkan terus disiplin protokol kesehatan, berdisiplin menjaga diri, keluarga serta lingkungan tempat tinggal untuk mencegah klaster-klaster baru penularan COVID-19. Karena, apabila masyarakat lengah, ditambah terlena dengan keadaan yang terkendali, maka kenaikan kasus dapat terjadi.
"Ingat, protokol kesehatan adalah kunci keberhasilan penurunan kasus dan pemulihan aktivitas masyarakat saat ini. Keberhasilan yang telah kita raih hingga saat ini penting untuk dipertahankan dan terus diupayakan agar dapat bertahan selama mungkin," pungkas Wiku.