Suara.com - Kabar membanggakan datang dari Arab Saudi, setelah ambulans dari Indonesia mendapatkan sertifikat Hilal Ahmar. Sertifikat ini merupakan syarat bagi kendaraan yang ingin beroperasi di puncak haji.
"Dua hari kemarin kami diperiksa di Hilal Ahmar. Alhamdulillah memenuhi syarat. Artinya ambulans kita, utamanya nanti ketika puncak armuzna, dapat beroperasional di daerah Masyair (Arafah-Muzdalifah-Mina), karena yang boleh masuk adalah Ambulans yang punya sertifikat itu," ucap koordinator ambulans, dr. Mamang Bagiansyah, SpPD, dalam keterangan yang diterima Suara.com.
Sertifikasi dikeluarkan bagi kendaraan yang memenuhi baik syarat fisik maupun fungsi. Sertifikasi ini ditandai dengan penempelan sticker pada ambulans.
Syarat fisik yang harus dilengkapi di antaranya adalah usia kendaraan tidak boleh lebih dari 5 tahun. Sementara syarat fungsi yang harus dipenuhi lanjut dr. Mamang, diantaranya adanya kelengkapan seperti tas emergency, tas tabung oksigen besar dan kecil, main strecher, stretcher lipat, alat suction, tensi, obat obat, DC shock, obat obatan, intubasi, stick gula darah, kasa, hand scone, masker, manset dan sebagainya.
"Ada spinal board juga, Papan untuk angkat pasien dengan cedera spinal, ada untuk head imobilizer. Kurang lebih 60 item yang harus kita penuhi," ucap dr. Mamang.
Salah satu negara yang diminta untuk mencontoh Indonesia adalah negara Maroko.
"Kebetulan ada negara lain, Maroko yang melakukan sertifikasi bersam Indonesia. Mereka ada 3 ambulans, itu belum lulus,sampai ditunjukkan ambulans kita. Alhamdulillah jadi contoh," ucap dr. Mamang.
Selama fase Armuzna, ambulans akan digunakan sebagai operasional untuk mobilisasi pasien baik di pos kesehatan di arafah, muzdalifah maupun mina
"Di arafah misalnya, ada pos-pos kesehatan, begitu ada masalah kesehatan jemaah, mobilisasi di situ untuk emnjemput pasien, dibawa ke KKHI atau untuk rujukan ke RSAS," jelasnya.
Baca Juga: Ibadah Haji dengan Aman dan Sehat, Dokter Minta Jemaah Haji Waspadai Kekambuhan Penyakit Jantung