Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan bahwa infeksi campak pada anak-anak meningkat 15 persen selama 2022. Kondisi ini merupakan dampak dari penurunan imunisasi dasar anak sejak awal pandemi Covid-19.
"Keadaannya saat ini, untuk campak kejadian yang terkonfirmasi hasil laboratorium tahun 2022 dibandingkan dengan 2021 triwulan pertama, kita naik kasus campak 15 kali lipat," kata Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes RI Dr. Prima Yosephine, MKM., dalam konferensi pers virtual Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Selasa (28/6/2022).
Data Kemenkes, sekitar 1,7 juta bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama periode 2019-2021. Prima mengatakan, walaupun cakupan imunisasi anak sebenarnya sudah tinggi hingga akhir 2019, tetapi masih ada beberapa anak yang belum lengkap karena persentasenya tidak 100 persen.
Penumpukan anak-anak yang tidak memiliki imunisasi lengkap itu akan menyebabkan kekebalan kelompok jadi rendah. Sehingga, bagi anak dengan kekebalan sistem imun lemah akan semakin berisiko terinfeksi.
Baca Juga: Bukan Cuma Covid-19, IDAI Ungkap Penyakit yang Masih Jadi Ancaman Bagi Anak
Prima menyampaikan bahwa Kemenkes RI memiliki target bahwa Indonesia bisa bebas campak pada 2023.
"Tapi, kalau gap imunisasi selama dua tahun ini masih bolong, mimpi kita tahun depan bisa tidak tercapai," kata Prima.
Ia menambahkan bahwa Indonesia juga perlu mempertahankan status bebas polio yang telah diberikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2014. Meski begitu, imunisasi polio masih diberikan di Indonesia hingga sekarang karena masih ada potensi penularan dari orang datang dari luar negeri, terutama jamaah haji.
"Negara kita juga sudah mendapatkan pengakuan bahwa bebas polio sejak 2014, aada sertifikatnya dari WHO. Memang belum ada kasus sampai saat ini, tetapi dengan cakupan imunisasi yang rendah kita tahu bahwa imunitas untuk polio pun itu bisa menurun," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, anggota Satgas Imunisasi Anak PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. DR. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si., mengingatkan, orang tua jangan menganggap enteng penyakit campak.
Baca Juga: Campak hingga Difteri Masih Mengancam, IDAI Ingatkan Imunisasi Anak
Ia menegaskan bahwa campak tidak hanya menyebabkan tubuh anak jadi memerah. Pada anak yang belum divaksinasi, infeksi campak bisa sampai membuatnya alami kejang dan radang otak.
"Pada periode 2012 sampai 2017 ada 571 bayi kejang, radang otak akibat campak. Jadi jangan mengira kalau campak hanya merah-merah," tegasnya
Pada periode yang sama, sebanyak 2.853 bayi mengalami radang paru atau pneumonia akibat campak.
"Kalau pun sembuh dia akan cacat, kalau kena radang paru bisa meninggal," ungkap Prof. Soejatmiko.