"Itu bentuknya sudah kapsul, jadi sudah seperti obat. Kalau dikatakan ganja medis memang seperti itu," kata Prof. Zullies.
Oleh sebab itu, penggunaanya harus berdasarkan resep dokter dan disesuaikan dengan penyakitnya.
Disampaikan pula oleh dokter Inggrid bahwa bentuk ganja media saat ini sudah beragam. Ada pula dalam bentuk spray yang disemprotkan langsung ke bawah lidah untuk menambah nafsu makan pada pasien HIV-Aids.
Juga tersedia yang dikonsumsi secara oral dengan mengemasnya menjadi obat minum yang terkandung ekstrak ganja.
"Bisa juga nanti perkembangan selanjutnya mungkin dengan disuntikan, itu pasti akan berkembang disesuaikan dengan penggunaan atau indikasinya untuk penyakit apa," ujar dr. Inggrid.
Obat apa pun selalu mengandung risiko efek samping, begitu puka dengan ganja medis. Prof. Zullies mengungkapkan bahwa efek samping dari obat yang mengandung ganja sama dengan ganja yang digunakan untuk rekreasional.
Artinya, sama-sama bisa menimbulkan efek euforia pada penggunanya. Hanya saja pada ganja medis efeknya jauh lebih ringan dan terkontrol karena ekstrak ganja yang digunakan telah disesuaikan kebutuhan.
Baca Juga: Merujuk Belanda dan Thailand, Komisi III DPR Kaji Manfaat Ganja Bila Dilegalkan Untuk Medis