Suara.com - Sunat atau proses pelepasan kulup maupun kulit yang menyelubungi ujung penis, sudah sangat umum dilakukan di Indonesia terhadap anak lelaki usia 8 hingga 10 tahun.
Menurut pandangan medis, sunat baik untuk kesehatan kelamin lelaki, karena menurunkan risiko infeksi penyakit di penis.
Lalu yang jadi pertanyaan apa dampak ketika lelaki tidak disunat hingga ia dewasa?
Dokter Bedah Umum Primaya Hospital Tangerang, Dr. Richard M.Kes Sp.B mengatakan sunat sangat efektif membuat penis lelaki lebih mudah dibersihkan dari kuman maupun bakteri yang masuk ke celah kulup.
Baca Juga: Dokter Perkenalkan Teknologi Sunat Terbaru, Hasil Presisi Hanya 3 Menit
"Akan berbahaya terhadap laki laki jika terjadi infeksi dan masuk ke infeksi saluran kencing baik di kantung kencing maupun infeksi menyeluruh," ujar Dr. Richard saat memimpin koordinasi puluhan nakes Bakti Sosial Sunat Massal Primaya Hospital Group di Kebayoran Baru, Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, bahwa tidak masalah jika seorang lelaki tidak ingin melakukan sunat, selama masih bisa memastikan kebersihan alat kelaminnya, yang bisa meminimalisir risiko infeksi.
"Oleh karena itu tidak dianggap bahaya karena dia telah mampu menjaga kebersihan dan kesehatannya, tetapi jika sebaliknya maka akan menjadi risiko tinggi," jelas Dr. Richard.
Risiko bila penis tidak bersih dan tidak sunat di antaranya seperti infeksi saluran kemih (ISK), penyakit menular seksual (IMS), peradangan atau infeksi penis, hingga kanker prostat dan sebagainya.
"Ini akan terus terjadi dan infeksi yang terus berulang. Maka dari itu jika memungkinkan sunat dan jika tidak ya tidak apa," tutup Dr. Richard.
Baca Juga: Sunat Saat Bayi Ternyata Lebih Bermanfaat, Ini Kata Dokter