Suara.com - Bulutangkis termasuk salah satu olahraga yang populer di Indonesia. Terutama tiap kali ada perhelatan turnamen internasional bulutangkis, seperti Thomas-Uber Cup, All England, hingga Indonesia Master dan Indonesia Open.
Akibat terbawa euforia, masyarakat kerap ikut-ikutan bermain bulutangkis. Tak perlu memaksa diri bermain seperti atlet profesional, sebab bulutangkis juga rentan menimgulkan risiko cedera seperti olahraga lain.
"Bulutangkis termasuk kategori olahraga high impact dengan gerakan yang dinamis, merupakan kombinasi antara reli-reli pendek dan reli-reli panjang. Karenanya, pemain bulutangkis membutuhkan kebugaran aerobik atau kebugaran kardiorespirasi untuk dapat bermain bulu tangkis dengan durasi permainan 3 set," jelas spesialis kedokteran olahraga dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO., dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/6/2022).
Dalam bermain bulutangkis juga diperlukan kecepatan, tenaga, serta kelincahan yang cukup baik. Misalnya, gerakan melompat saat jumping smash, lunges saat melakukan gerakan netting hingga drop shot yang membutuhkan gerakan cepat untuk mengubah arah bola.
Baca Juga: Ulasan Buku '50 Tips Sehat Menangkal Penyakit dengan Olahraga'
Apabila berbagai gerakan tersebut salah dilakukan atau beban tubuh kewalahan melakukannya, berisiko menyebabkan cedera.
Dokter Antonius mengatakan bahwa ada enam cedera paling sering yang dialami pemain bulutangkis.
"Olahraga ini dipenuhi gerakan kompleks sesuai dengan tempo permainannya. Itulah mengapa jika tidak berhati-hati, cedera otot, sendi, ligamen, hingga tendon rentan terjadi ketika bermain bulutangkis," ujarnya.
Berikut enam jenis cedera yang dapat terjadi ketika bermain bulutangkis:
1. Cedera Bahu
Baca Juga: Cedera saat Latihan, Leo / Daniel Mundur dari Malaysia Open 2022
Penyebab: gerakan overhead atau mengayun yang cepat dan berulang. Tipe cedera bahu pada pemain bulutangkis disebut overuse injury. Biasanya disebabkan karena gerakan sendi bahu yang berulang. Kondisi itu akan menyebabkan otot-otot bahu kelelahan dan mengakibatkan stabilitas sendi bahu menurun. Tendonitis rotator cuff atau tendinopathy adalah kondisi cedera bahu tersering pada pemain bulu tangkis.
2. Cedera Ankle
Penyebab: akibat gerakan-gerakan berubah arah dalam waktu yang cepat serta gerakan melompat dan mendarat saat melakukan jumping smash. Faktor risiko cedera pergelangan kaki bisa berasal dari internal dan eksternal.
Faktor internal misalnya, kelelahan saat bermain sehingga membuat keseimbangan menjadi terganggu dan pergelangan kaki jadi terkilir. Faktor eksternal, biasanya disebabkan karena kondisi lapangan yang licin atau penggunaan sepatu yang tidak tepat sehingga membuat cedera pada ankle.
3. Cedera Lutut
Penyebab: gerakan melompat dan mendarat berulang dan gerakan lunges yang berulang. Kedua gerakan itu memberikan beban yang cukup besar pada tendon sendi lutut sehingga menyebabkan cedera lutut.
Selain cedera pada tendon lutut, cedera ligamen lutut, dan bantalan lutut juga sering dilaporkan di beberapa jurnal ilmiah, yaitu cedera ACL dan meniskus. Cedera ini sering disebabkan karena gerakan berputar dari lutut saat bermain bulu tangkis.
4. Cedera Punggung
Penyebab: akibat beberapa gerakan menerjang dan merunduk saat bermain bulutangkis. Kelemahan otot punggung merupakan salah satu faktor risiko dari cedera lower back pain pada permainan bulu tangkis.
5. Cedera Siku
Penyebab: cedera pada siku dapat terjadi karena beban pada otot yang berlebihan dan terus-menerus selama memegang raket, sehingga menimbulkan peradangan pada otot siku.
6. Cedera Kram Otot
Penyebab: olahraga tanpa melakukan pemanasan dan peregangan otot. Kram otot bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, tapi kram yang paling sering biasanya muncul di kaki. Saat kram terjadi, otot akan mengalami kontraksi dan bagian tubuh yang mengalami kram akan sulit digerakkan selama beberapa detik atau bahkan beberapa menit.