Ini Tantangan Pengembangan Wisata Kesehatan di Indonesia

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 27 Juni 2022 | 09:54 WIB
Ini Tantangan Pengembangan Wisata Kesehatan di Indonesia
Menparekraf dan PB IDI Kolaborasi Buat Wisata Kesehatan. (Dok: Kemenparekraf)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan bahwa pihaknya tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengembangakan potensi wisata kesehatan di Indonesia.

Data Kemenparekra menunjukkan hampir 1,2 juta wisatawan atau 699 ribu health tourism di Malaysia adalah orang Indonesia. Padahal menurut direktur RS Premier Bintaro, dr Martha M.L Siahaan, MARS MHKes yang telah sukses mengembangkan medical tourism setidak nya ada dampak postifi yang bakal diraskaan Indonesia bila mengembangkan wisata kesehatan.

"Pertama itu, pemasukan Rp 100 triliun setiap tahunnya dari pasien Indonesia yang berobat ke Singapura bisa beralih ke Indonesia," ujar Martha, dalam SEMINAR Nasional dengan tema Building World Class Medical Tourism Destination Hospital by Implementing End to End Digital Process diselenggarakn Ikatan Ahli Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (IAMARSI) PW Bali baru-baru ini.

Kemudian, pengembangan sektor tadi juga bermafaat bagi sektor wisata. Ia menjelaskan, saat menunggu, pasien atau keluarga pasien bisa menggunakan waktu luangnya untuk traveling di sekitaran rumah sakit.

Baca Juga: Balas Sesumbar Pelatih Visakha FC, Teco: Saya Bukan Orang yang Banyak Bicara Sebelum Laga

Ilustrasi rumah sakit. [Shutterstock]
Ilustrasi rumah sakit. [Shutterstock]

"Bagi staf kesehatan juga membawa dampak. pertama itu, meningkatkan kesejahteraan Staf kesehatan, staf kesehatan semakin mudah menemani pasien," kata dia.

Meski demikian, Martha mengatakan bahwa ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wisata medis. Pertama ialah peningkatan dan perbaikan di rumah sakit Indonesia. Kemudian, perlunya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memiliki kualitas internasional.

"Selanjutnya itu, perlunya peningkatan fasilitas yang ditawarkan dan dukungan penuh dari pemerintah. Lalu juga perlu tarif yang cukup terjangkau, dan teknologi yang mutakhir," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI