Suara.com - Orangtua tentu senang saat nilai sekolah anaknya bagus. Bahkan beberapa orangtua kerap ada yang memaksakan anak, hingga menjanjikan hadiah tertentu, agar rajin belajar demi nilainya bagus.
Walaupun cara seperti itu mungkin saja berhasil, tetapi sebenarnya ada dampak buruk yang bisa terjadi pada anak. Pemerhati anak Seto Mulyadi, atau akrab disapa Kak Seto, menyebut kebiasaan menjanjikan hadiah apabila nilai sekolah bagus justru bisa membuat anak menghalalkan segala cara.
"Kalau itu untuk sekadar mengejar nilai tapi dengan cara-cara yang tidak benar, kemudian tidak tertarik dengan mata pelajaran. Mungkin dengan cara pemalsuan nyontek, dan sebagainya. Ini yang justru makna pendidikannya tidak tercapai," kata Kak Seto saat dihubungi suara.com, Minggu (26/6/2022).
Kak Seto mengingatkan bahwa kecerdasan anak tidak hanya bisa diukur dari nilai sekolah. Sebab nilai sekolah hanya mengukur kemampuan akademis. Sementara, kecerdasan anak tidak terbatas.
Apabila, nilai sekolahnya tidak terlalu tinggi, bisa jadi anak memiliki minat dan kemamouan di bidang lain, seperti seni, olahraga, bahasa, estetik, maupun kreativitas lainnya.
"Anak perlu dipenuhi hak dasar asasinya, salah satunya adalah hak untuk tumbuh dan berkembang, mengembangkan potensinya. Enggak semua orang yang sukses harus jadi dokter, bisa jadi insinyur, lawyer, bisa jadi presenter, bisa jadi youtuber, bisa jadi wartawan, semua bisa sukses," kata Kak Seto.
Terlalu memaksa anak untuk belajar juga bisa menyebabkannya jadi trauma belajar. Trauma tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi karakter anak.
Menurut Kak Seto, sebagian besar anak yang mengalami trauma belajar akan terlihat dari perilakunya yang tiba-tiba berubah.
"Bisa kelihatan, anak-anak yang menarik diri, anak yang biasanya lincah, ceria, kemudian merenung, memandang jauh ke depan, seolah 'apa yang salah dari saya?'. Ini menghianati prinsip pendidikan yang maknanya adalah memunculkan semua potensi anak," ujar Kak Seto.