Suara.com - Munculnya turunan dai varian Omicron, yakni BA.4 dan BA.5 yang diketahui mampu menembus antibodi alami dan dari vaksinasi cukup membuat khawatir.
Kekhawatiran ini pun memunculkan isu bahwa suntik vaksin Covid-19 booster dosis kedua mungkin diperlukan untuk melawan varian Omicron beserta turunannya.
Prof. Dr. Sri Rezeki, Hadinegoro, dr., SpA(K) Ketua ITAGI pun mengakui bahwa munculnya mutasi virus corona Covid-19 yang terus berkembang ini salah satu masalah yang dihadapi oleh para ahli selama pandemi.
Meskipun, para ahli telah mencoba mencegahnya dengan memberlakukan protokol kesehatan dan vaksinasi. Tapi, virus corona Covid-19 ini berusaha mengubah dirinya dengan bermutasi agar tetap berkembang atau bertahan hidup.
Baca Juga: Rima Melati Meninggal karena Gagal Jantung, Kenali Penyakitnya dari Gejala Berikut Ini
Menurutnya, situasi ini membutuhkan strategi untuk melawan dan mencegah munculnya mutasi virus corona Covid-19 di kemudian hari.
Langkah pertamanya adalah tetap memberlakukan dan memperketat protokol kesehatan. Protokol kesehatan yang ketat tetap berperan penting dalam mencegah penyebaran dan pembentukan mutasi baru dari virus corona.
"Karena, sekarang ini sudah banyak yang tidak pakai masker. Lalu makan bersama, ngobrol tidak pakai masker," kata Sri Rezeki dalam Webinar "Perjalanan Vaksinasi Covid-19: Pentingnya Vaksinasi Booster di Masa Pandemi Covid-19" pada Sabtu (25//2022).
Langkah kedua adalah melakukan vaksinasi Covid-19. Sri Rezeki mengatakan bahwa cakupan vaksin Covid-19 tahap pertama pun belum mencapai target semestinya dari keseluruhan total populasi di Indonesia.
"Vaksin yang primer saja belum beres gitu lho. Kan harus diatasi minimal 70 persen dari populasi," ujarnya.
Baca Juga: Rima Melati Alami Gagal Jantung, Ini Bedanya dengan Serangan Jantung!
Sri Rezeki berpendapat semestinya target untuk vaksin Covid-19 tahap pertama dan kedua harus dituntaskan terlebih dahulu sesuai target.
Kemudian, dilanjut dengan suntik vaksin Covid-19 booster hingga mencapai target. Sebab, langkah ini sangat penting dalam mencegah terbentuknya mutasi baru.
"Kalau sudah dibereskan, kita sudah punya booster pertama. Booster yang pertama saja juga belum beres," sambungnya.
Sedangkan, banyaknya orang yang masih belum vaksinasi Covid-19 sejak tahpa pertama atau belum lengkap adalah sumber dari terbentuknya mutasi baru virus corona Covid-19.
Bila cakupan vaksinasi Covid-19 dosis pertama, kedua dan vaksin booster sudah tercapai, Sri Rezeki berpendapat vaksin Covid-19 booster dosis kedua mungkin tidak diperlukan.
"Nah, kalau ini sudah dibereskan mungkin kita belum perlu booster dosis kedua. Karena, kalau gak kita bereskan dan langsung menyediakan booster kedua. Orang yang belum vaksinasi ya tetap tidak vaksin. Sedangkan, itu sumber mutasi," jelasnya.
Karena itulah, Sri Rezeki berpendapat adanya orang-orang yang masih belum vaksin Covid-19 tidak bisa diabaikan saja dan memilih meluncurkan vaksin booster dosis kedua.
Sebab, sumber mutasi berasal dari orang yang belum vaksinasi. Sedangkan, ada kelompok-kelompok rentan yang perlu dilindungi.