Suara.com - Gelombang panas menyerang sejumlah negara Asia saat cuaca mulai kering dan hujan berganti dengan cahaya matahari. Apakah ada dampak gelombang panas bagi kesehatan mental?
Di China, pemerintah setempat mengeluarkan peringatan kepada masyarakat untuk menghindari aktivitas luar ruangan akibat ancaman gelombang panas.
DIlansir ANTARA, sebagian daerah di Xinjiang, Mongolia Dalam, Gansu, Shaanxi, Shanxi, Hebei, Beijing, Tianjin, Shandong, Henan, Anhui, Hubei, Hunan, Jiangxi, Zhejiang, Fujian, dan Guangdong diperkirakan mencatatkan suhu antara 35 hingga 36 derajat Celsius.
Menurut badan tersebut, suhu udara di beberapa daerah itu berpotensi menembus 40 derajat Celsius. Pusat meteorologi menganjurkan masyarakat untuk tidak beraktivitas di luar ruangan selama periode suhu tinggi pada siang hari.
Baca Juga: Jangan Pernah Tidur Telanjang Saat Cuaca Panas, Ini Penjelasan Ahli
Para pekerja yang terpapar suhu tinggi atau warga yang harus bekerja di luar ruangan dalam waktu lama disaranakan melakukan beberapa langkah perlindungan yang diperlukan.
Gelombang Panas dan Kesehatan Mental
Bahaya gelombang panas tidak hanya mengancam kesehatan tubuh, tapi juga mental. Mengutip Metro, studi sejarah di awal abad ke-19 menunjukkan bahwa daerah dengan suhu udara lebih tinggi memiliki tingkat kekerasan yang tinggi pula.
Harriet Ingle, seorang peneliti psikologi iklim di Glasgow Caledonian University pada The Conversation, mengutip penelitian di Inggris yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan suhu sebanyak 1 derajat celcius dikaitkan dengan peningkatan 3,8 pesen kejadian bunuh diri dan peningkatan 5 persen korban aksi bunuh diri.
Kenaikan suhu mampu meningkatkan kadar hormon stres kartisol yang berpotensi meningkatkan adrenalin dan testosteron. Ketika hormon tersebut meningkat, seseorang akan cenderung agresif, kasar, dan mengalami lonjakan hasrat seksual.
Baca Juga: Jemaah Haji Indonesia Dihimbau Tak Paksakan Diri Sholat di Masjidil Haram, Ini Alasannya
Melansir dari The Conversation, orang miskin dan termarjinalisasi akan lebih rentan dengan dampak kenaikan suhu. Begitupun mereka yang memiliki kondisi mental mendasari.
"Demikian pula, mereka yang menderita demensia atau penyakit mental serius yang membatasi kemampuan merawat diri karena mungkin sulit menyesuaikan perilakunya untuk melindungi diri dari panas," catat Ingle.