Suara.com - Menjalankan ibadah haji dengan aman dan sehat menjadi tujuan seluruh jemaah. Untuk itu, tenaga kesehatan haji meminta para jemaah makan dengan teratur.
Tim Sanitasi dan Food Security daerah kerja Mekah, Lucky Aris Suryono, SKM, M.Kes, mengatakan jemaah perlu memakan makanan yang sudah disiapkan oleh petugas di waktu yang disarankan.
"Kalau makanan itu tidak segera dimakan artinya ada kemungkinan terjadi kontaminasi silang antara lauk dengan nasi. Itu akan mengakibatkan pembiakan bakteri yang berakibat bagi pencernaan Jemaah. Itu yang kita hindari," katanya dalam siaran pers yang diterima Suara.com.
Lucky mengatakan makan pagi tidak boleh dikonsumsi lewat dari pukul 11.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Sementara itu makan siang batas maksimalnya adalah 17.00 WAS dan makan malam 23.00 WAS. Lewat dari jam yang dianjurkan, risiko makanan tercemar karena adanya kontaminasi meningkat.
Baca Juga: Apa Itu Tawaf Ifadah? Simak Penjelasan Lengkapnya
Lucky memastikan keamanan makanan yang dikonsumsi oleh jemaah haji sudah melalui proses inspeksi dan sanitasi yang ketat. Titik kritis pemeriksaan makanan dimulai dari sejak masa persiapan, salah satunya adalah memastikan bahwa petugas katering memiliki sertifikat kesehatan.
"Di sini titik kritisnya. Karena kita harus betul betul menjamin bahwa katering betul betul melaksanakan segala sesuatu nya sesuai dengan prosedur yang ada," papar Lucky lagi.
Dalam melakukan pemeriksaan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan katering, mulai dari aspek bangunan, aspek sumber daya manusia (pekerja), hingga ke proses pengolahan makanan. Di mana semuanya harus sesuai dengan standar kesehatan lingkungan. Proses penilaian dilakukan melalui form penilaian yang diisi oleh petugas.
"Dari sisi pekerjaannya juga harus kita lihat, pemilihan bahan makanannya, bagaimana cara penyimpanan, bagaimana cara pengolahannya. Sejauh mana mereka melakukan itu semua sesuai dengan standar kesehatan lingkungan yang ada," jelas Lucky.
Proses inspeksi dilakukan di seluruh katering dan pemondokan yang ditunjuk oleh Kementerian Agama. Metode yang digunakan untuk mengetahui aroma, rasa, dan rupa makanan secara kasat mata.
Baca Juga: Dokter Ungkap Penyakit Tidak Menular yang Paling Banyak Diidap Jemaah Haji Indonesia, Apa Itu?
"Berdasarkan hasil inspeksi, ada beberapa yang kami berikan rekomendasi secara kesehatan, misalnya lokasi dispenser dan tempat sampah yang masih berdekatan, jadi dilakukan edukasi," ungkapnya
Tim sanitasi dan food security memiliki bank sampel yang merupakan sampel makanan dan minuman yang dikirimkan bersamaan dengan waktu distribusi makanan kepada jemaah. Melalui bank sampel dapat dilakukan penyelidikan epidemiologi apabila terjadi kasus penyakit akibat keracunan makanan di jemaah haji.
Proses pemeriksaan menggunakan sanitarian kit untuk menguji kandungan bakteri dan kimia dari makanan dan minuman.
"Kita periksa, sampel kapan, hari apa, tanggal berapa, jam berapa. Masa Inkubasi bakteri bervariasi mulai dari 1 × 24 jam sampai 3 kali 24 jam, setelah itu sampel bisa dihilangkan dari bank sampel," jelas Lucky.