Suara.com - Pengidap vitiligo akan mengalami perubahan warna kulit dan rambut yang menyebabkan timbul bercak putih juga uban tidak merata akibat adanya kelainan pada melanin.
Dokter spesialis kulit dan kelamin di RSUP Hasan Sadikin Bandung DR. dr. Reiva Farah Dwiyana, Sp.KK(K ), M.Kes., mengatakan bahwa jumlah pengidap Vitiligo di Indonesia berkisar 0,2-2 persen atau sekitar 5 juta orang.
Diakui dokter Reiva kalau pasien vitiligo masih kerap menerima stigma dari masyarakat akibat warna fisik yang berbeda. Bahkan menganggap penyakit tersebut sebagai kutukan.
"Memang masih ada salah kaprah dengan pasien vitiligo dianggap mendapat kutukan. Kalau untuk yang pendidikan sudah cukup baik, mereka tidak berpandangan kalau itu kutukan, tapi khawatir bisa menular atau tidak," kata dokter Reiva saat webinar Hari Vitiligo sedunia bersama Regenesis, Rabu (22/6/2022).
Baca Juga: Viral, Tubuh Perempuan ini Keluar Ruam-ruam Merah Usai Jalani Infus Putih, Begini Kondisinya
Stigma tersebut ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Dokter Reiva mengatakan bahwa pada salah satu penelitian di India terungkap kalau masih ada mitos yang sangat kuat di salah satu desa di India yang mengucilkan pengidap vitiligo hingga tidak boleh menikah dan harus tinggal di hutan.
Stigma seperti itu bisa menyebabkan pasien vitiligo alami gangguan psikologis. Data dari D.Vernwal pada 2020 tercatat risiko gangguan psikologist pada pasien vitiligo 62 persen lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak vitiligo.
Dampak dari gangguan psikologis itu bisa menyebabkan kelainan vitiligo semakin meluas. Dokter Reiva menjelaskan bahwa gangguan stres saja bisa menyebabkan bercak putih pada pasien vitiligo semakin banyak.
"Vitiligo bikin stres karena (bercak putih) jelas banget terlihat, apalagi kalau di bagian yang mudah terekspos. Karena stres, vitiligo jadi makin luas, akhirnya pasien tambah stres. Begitu terus polanya jadi seperti lingkaran setan," ujarnya.
Sebagai upaya edukasi kepada masyarakat sekaligus dukungan terhadap pengidap vitiligo, Regenesis Indonesia kembali hadirkan Selflove Movement yang telahbdilakukan sejak 2021.
Baca Juga: Alternatif Liburan Seru: Staycation di Hotel Sambil Lakukan Perawatan Kulit Wajah!
Kampanye itu diharapkan dapat menjadi wadah para vitiligan (sebutan untuk pengidap vitiligo), keluarganya, juga para dokter untuk berbagi cerita dan menginspirasi satu sama lain.
Selama lebih dari setahun terakhir, kampanye Selflove Movement Regenesis itu telah menjangkau kurang lebih 1.700 vitiligan di Indonesia melalui platform digital.
Corporate Brand Manager Regenesis Gita Thomdean mengatakan, sejak adanya gerakan Selflove Movement tersebut beberapa vitiligan mulai membuka diri dan percaya diri dengan keadaan dirinya.
"Bahkan ada yang melakukan postingan spot vitiligo untuk pertama kalinya dengan harapan bisa menginpirasi banyak orang. Ada juga orang tua dari balita vitiligan yang terbantu dengan informasi-informasi yang kami berikan dalam digital platform ini," ujarnya.