Suara.com - Kabar mikroplastik yang berbahaya bagi kesehatan sempat menjadi sorotan beberapa waktu belakngan. Meski demikian, hingga kini masih belum ada standar internasional berapa banyak mikroplastik yang aman masuk ke dalam tubuh manusia.
Hal itu disampaikan Peneliti Mikroplastik yang juga Dosen Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Inneke Hantoro dalam webinar “Mengenal Mikroplastik dan Dampaknya pada Lingkungan dan Kesehatan” beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan uji toksisitas mikroplastik pada sampel hewan dan sel atau kultur manusia yang pernah dilakukan di beberapa negara, itu masih belum merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya. Seperti diketahui, pada sampel yang dilakukan terhadap hewan ternyata ada kemungkinan mikroplastik itu berdampak negatif pada pencernaan, liver, saraf, dan reproduksi.
Sedangkan yang menggunakan sel atau kultur manusia, diketahui ada indikasi keberadaan mikroplastik itu sitotoksik atau beracun untuk sel, bisa mengganggu sistem imun, bisa menembus sel barier, dan menimbulkan stress oksidatif.

Tetapi, kata Inneke, yang perlu diingat adalah bahwa semua studi mengenai toksisiti yang dilakukan itu selalu konsentrasinya jauh lebih tinggi, dan untuk melakukan kondisi yang sama dengan paparan yang terjadi di lingkungan yang sesungguhnya ini tidak mudah untuk dilakukan.
"Sehingga, seringkali yang dihasilkan dari tes toksisitas tadi itu masih belum merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya. Karena, untuk kemudian men-set up standar mikroplastik itu harus ada data toksikologinya,” ucapnya.
Dia mengatakan mikro plastik itu ukurannya satu micron sampai 5000 micron. Untuk ukuran 0,5 - 1 milimeter, menurutnya, itu kemungkinan masih bisa dilihat secara visual. Tapi, katanya, kalau sudah misalnya di bawah 100 milimeter, kalau tidak dengan mikroskop itu sudah sulit dilihat.
Apalagi misalnya kalau banyak ditemukan di bawah 50 micron. “Nah, itu tidak mungkin kita lakukan berdasarkan sorting visual. Dengan melakukan analisis beberapa alat yang advance seperti FTIR saja itu belum menyelesaikan masalah. Seluruh dunia masih mengalami masalah yang sama untuk itu,” tuturnya.
Karenanya, menurut Inneke, melakukan penelitian mikroplastik itu sebenarnya bukan untuk memberitakan hal yang negatif.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Mikroplastik Ditemukan di Salju Antartika
“Nah, ini yang harus disadari. Tetapi masih banyak ketidakpastian tentang hal ini, belum tentu berbahaya tetapi kita juga belum tahu ke depan bahaya yang muncul apa,” katanya.