Konsultan Psikiatri: Banyak Pria Masih Menutup Diri Atas Kondisi Kesehatan Mental

Senin, 20 Juni 2022 | 12:25 WIB
Konsultan Psikiatri: Banyak Pria Masih Menutup Diri Atas Kondisi Kesehatan Mental
Ilustrasi stereotip Laki-laki bermental kuat. (istockphoto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berbeda dengan perempuan, pria cenderung tidak berbagi tentang permasalahan kesehatan mentalnya kepada orang lain. Ada beberapa alasan, dari kondisi, stereotip, hingga ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka.

Terlebih, pandangan masyarakat tentang pria yang harus kuat sepanjang waktu, tidak boleh menangis, dan mengeluh atas keadaan mereka.

Tidak mengherankan bila mereka tidak memeriksakan diri atau mencari bantuan bila mengalami masalah kesehatan mental.

"Beberapa penelitian menemukan bahwa pria dengan ciri khas berbasis gender lebih cenderung memiliki masalah kesehatan mental. Tetapi kemungkinan untuk mencari bantuan lebih kecil," kata Konsultan Psikiatri, Kesehatan Mental dan Psikoterapi, di Rumah Sakit Paras JK, Udaipur, Rahul Taneja.

Baca Juga: Serang Petani Sawit di Kampar, Sekelompok Pria Diduga Preman Bayaran Dibekuk

Dilansir Hindustan Times, ia melanjutkan, "ras, diskriminasi, stigma budaya, dan gender adalah alasan paling umum mengapa pria tidak mencari bantuan."

Ilustrasi Lelah Mental. (unsplash)
Ilustrasi Lelah Mental. (unsplash)

Meminta bantuan ditandai sebagai kelemahan

Banyak pria berpikir bahwa meminta bantuan adalah simbol kelemahan, tetapi mereka cenderung melakukannya jika mereka tahu akan ada kemungkinan timbal balik dan mutualisme, artinya mereka tahu bahwa ada kesempatan untuk membalas budi.

Namun, pada awalnya pria akan mencoba mengatasi masalah seorang diri tanpa bantuan siapa pun.

Cara penanganan kesehatan mental yang berbeda

Baca Juga: Pria di Sergai Tewas Gantung Diri Usai Ngamuk-ngamuk Telepon Pacar

Taneja mengatakan bahwa pria memiliki 'cara' yang berbeda dalam mengatasi masalah kesehatan mental mereka, alih-alih mengungkapkannya.

Biasanya keluar dalam bentuk frustasi, kemarahan, impulsif, atau berbagai perilaku lainnya, seperti berolahraga, bermain game, gym, atau aktivitas fisik apa pun sebagai bentuk pengalihan.

Pria diajari untuk menyembunyikan perasaan dan emosi

"Pria selalu berusaha menyembunyikan masalah emosional yang kuat, karena mereka melihatnya sebagai sikap 'manly'. Akibatnya, pria mungkin menolak untuk mendapat bantuan yang mereka butuhkan," kata Taneja.

Menurut Taneja, menyembunyikan masalah emosional tersebut bisa berubah menjadi mengerikan, seperti memulai kebiasaan buruk (minum alkohol, merokok, atau percobaan bunuh diri).

"Mereka juga mungkin menjadi kasar karena tekanan emosional yang tertahan," tandas Taneja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI