Suara.com - Dalam studi terbaru ditemukan bahwa orang yang terinfeksi versi paling awal dari varian Omicron kemungkinan rentan terhadap infeksi ulang, bahkan jika sudah vaksinasi lengkap dan booster.
Dilansir dari Strait Times, penelitian dari China ini dilaporkan pada Jumat (17/6/2022) di jurnal Nature.
Dalam penelitian itu disebutkan pasien yang divaksinasi dan terinfeksi Omicron BA.1 umumnya mengembangkan antibodi yang dapat menetralkan virus.
Diketahui Omicron versi paling awal pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November 2021, tetapi sub-garis keturunan Omicron yang beredar sekarang memiliki mutasi yang memungkinkan mereka menghindari antibodi tersebut.
Baca Juga: Cegah Lonjakan COVID-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dengan Perbaiki Sistem Surveilans
Dijelaskan bahwa Omicron BA.2.12.1, yang saat ini menyebabkan sebagian besar infeksi di Amerika Serikat, dan Omicron BA.4 dan BA.5, yang sekarang mencakup lebih dari 21 persen kasus baru AS, mengandung mutasi yang tidak ada di BA. 1 dan BA.2 versi Omicron.
Melalui percobaan tabung reaksi, peneliti melihat sub-garis keturunan yang lebih baru itu "terutama menghindari antibodi penetralisir yang ditimbulkan oleh infeksi dan vaksinasi Sars-CoV-2".
Dr Onyema Ogbuagu, peneliti penyakit menular di Yale, Fakultas Kedokteran di New Haven, Connecticut, yang tidak terlibat dalam studi itu pun menanggapi dan menyarankan setiap orang untuk tetap vaksinasi.
"Meskipun (varian Omicron versi baru) bisa menghindari kekebalan, harapannya adalah bahwa vaksin masih dapat melindungi terhadap penyakit serius," kata Dr Ogbuagu. "Jika Anda membutuhkan booster, dapatkan booster."
Untuk menjaga tingkat tinggi antibodi Covid-19 yang beredar dalam darah, "yang paling penting adalah tetap up to date dengan vaksin", tambahnya.
Baca Juga: Diskes Lampung Mulai Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5