Saat Singapura Darurat DBD, Angka Kasus Demam Berdarah di Indonesia Justru Menurun

Rabu, 15 Juni 2022 | 14:46 WIB
Saat Singapura Darurat DBD, Angka Kasus Demam Berdarah di Indonesia Justru Menurun
Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - ASEAN Dengue Day (ADD) atau Hari Demam Berdarah (DBD) ASEAN diperingati setiap 15 Juni setiap tahunnya. Negara-negara di Asia Tenggara diketahui merupakan daerah endemik Demam Berdarah Dengue atau DBD.

Bahkan, bertepatan dengan Hari DBD ASEAN, Singapura mengatakan sedang menghadapi "darurat" demam berdarah di mana wabah penyakit musiman ini tiba-tiba meningkat secara luar biasa awal tahun ini.

Dilansir CNN, Negara Singa tersebut memiliki lebih dari 11.000 kasus, jauh melampaui 5.258 kasus yang dilaporkan sepanjang tahun 2021 dan itu terjadi sebelum 1 Juni, ketika puncak musim demam berdarah dimulai.

Lantas bagaimana dengan di Indonesia? Dalam jumpa pers Peringatan AAD 2022, Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan RI, dr Tiffany Tiara Pakasi, memaparkan kasus dengue di Indonesia justru menurun dalam dua tahun terakhir, berbarengan dengan pandemi COVID-19.

Baca Juga: Lesti Kejora Tak Dilayani di Hermes, Pasien DBD di Sleman Capai 161 Kasus

Dalam paparannya disebutkan, hingga pekan ke-22 di 2022, sebanyak 45.387 kasus dengue dilaporkan dari 449 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Seiring itu, tercatat sebanyak 432 kematian akibat dengue tersebar di 163 kabupaten/kota di 31 provinsi.

"Kalau secara harian memang kita pantau juga dan tahunan situasinya. Seperti ini. Jadi ada peak atau puncaknya," ujarnya hari ini, Rabu (15/6/2022).

Menurut dr Tiara, hal tersebut sedikit banyaknya dipengaruhi oleh pola kebiasaan masyarakat Indonesia yang mungkin berubah. Dengan lebih banyak berkegiatan di rumah, pandemi juga membuat masyarakat lebih memerhatikan kebersihan rumah.

"Memang bisa dibilang dua tahun terakhir selama pandemi ini, mungkin hikmah juga Work from Home (WFH), rajin bersih-bersih, berantas nyamuk, kasusnya turun. Mudah-mudahan ini bukan karena underdiagnosis," pungkas dr Tiara.

Ini tentu sejalan dengan tindakan pencegahan DBD yang digalakkan pemerintah yakni 3M plus, yaitu:

Baca Juga: Sebanyak 161 Kasus DBD Terjadi di Sleman, Pasien Usia 8 Tahun Meninggal Dunia

1. Menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air.

2. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah.

3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang).

Di antara langkah plus yang dapat dilakukan, di antaranya adalah:

  • Menggunakan obat anti nyamuk
  • Gotong Royong membersihkan lingkungan
  • Periksa tempat-tempat penampungan air
  • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
  • Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
  • Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
  • Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
  • Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI