Suara.com - Tren layanan kesehatan digital atau telemedicine semakin meningkat dan diminati oleh banyak perusahaan sebagai bagian dari paket tunjangan kesehatan bagi karyawan.
Hal tersebut terlihat dalam sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan sumber daya manusia dan jasa keuangan global, Mercer, terhadap lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia.
Survei ini menunjukkan bahwa salah satu tren kesehatan yang diinginkan karyawan saat ini adalah akses ke layanan kesehatan digital. Kabar baiknya adalah semakin banyak perusahaan yang mengakomodasi manfaat itu.
Dikutip dari doereninsurance.com, perusahaan perlu menyediakan layanan telemedicine karena telemedicine dapat menghasilkan tenaga kerja yang lebih sehat dan produktif.
Baca Juga: Satgas: Vaksin Masih Efektif Jadi Benteng Pertahanan Tubuh Dari Varian Baru Covid-19
Ini karena karyawan tidak perlu mengambil cuti dari pekerjaan untuk mengunjungi dokter mereka, tetapi tetap mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Layanan telemedicine juga mengurangi biaya perawatan kesehatan preventif karyawan.
Biaya perawatan kesehatan umum terus meningkat, menyebabkan banyak orang melewatkan janji perawatan rutin mereka dalam upaya untuk menghemat uang. Tanpa perawatan preventif, karyawan lebih rentan terhadap kondisi kronis yang memerlukan perawatan bedah dan/atau khusus yang lebih canggih dan mahal.
Sebagai salah satu platform telemedicine terbesar di Indonesia, Good Doctor memaparkan dua keuntungan besar menggunakan telemedicine, yaitu waktu tunggu pasien yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah.
Managing Director PT Good Doctor Technology Indonesia, Danu Wicaksana mengatakan, berobat di rumah sakit offline membutuhkan waktu 4–5 jam dengan risiko tinggi terpapar COVID-19, menguras energi, dan membutuhkan usaha tinggi.
Sedangkan dengan layanan telemedicine hanya membutuhkan waktu 40–45 menit karena konsultasi 24/7 di mana pun dan kapan pun.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Merangkak Naik, Dinkes Depok Imbau Warga Kenali Omicron BA.4 dan BA.5
"Ketika kita perlu berkonsultasi dengan dokter, kemacetan saat perjalanan ke rumah sakit, bepergian tengah malam ke rumah sakit, atau menggunakan transportasi umum untuk ke rumah sakit yang tentu saja semakin membuat tidak nyaman, tidak akan kita alami lagi," jelas dia dalam siaran pers yang Suara.com terima Selasa (14/6/2022).
Konsultasi secara daring, lanjut dia mampu melindungi dokter dan pasien dari terpapar virus Corona atau virus dan penyakit menular lainnya, pengiriman obat secara instan (pasien hanya menunggu di rumah), transaksi dilakukan secara nontunai, dan rata-rata lima kali lebih murah sehingga menghemat limit rawat jalan.
Studi kasus yang dilakukan oleh PT Good Doctor Technology Indonesia sepanjang tahun 2020–2021 menunjukkan 8 gejala paling umum yang dialami oleh karyawan yang melakukan sesi telemedicine.
Dari 8 gejala itu, yang paling umum adalah nasofaringitis akut, faringitis akut, dan laringofaringitis akut. Tanpa layanan Good Doctor, mereka akan mengunjungi dokter secara offline dan menghabiskan manfaat rawat jalan mereka.
Jika mereka berkunjung ke rumah sakit offline akan mengeluarkan biaya untuk dokter dan obat-obatan sekitar Rp404.805, sedangkan jika mereka menggunakan jasa Good Doctor hanya mengeluarkan biaya Rp109.936.
Diasumsikan manfaat rawat jalan mereka sekitar Rp2,5 juta per tahun maka mereka hanya bisa berobat ke rumah sakit offline sebanyak 6 kali dalam setahun, sedangkan dengan menggunakan layanan Good Doctor, mereka dapat melakukannya sebanyak 23 kali dalam setahun.
"Dengan telemedicine, perusahaan dapat memenuhi manfaat kesehatan yang diinginkan oleh talenta mereka. Telemedicine merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung kesehatan fisik dan mental karyawan," jelasnya.