Hits Health: Bahaya Penyakit Hipertiroid, Kasus Covid-19 di Indonesia Meroket

Vania Rossa Suara.Com
Rabu, 15 Juni 2022 | 10:36 WIB
Hits Health: Bahaya Penyakit Hipertiroid, Kasus Covid-19 di Indonesia Meroket
Ilustrasi gambar bahaya penyakit hipertiroid. (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hipertiroid adalah suatu kondisi di mana tiroid Anda menciptakan dan melepaskan lebih banyak hormon daripada yang tubuh Anda butuhkan. Ini bisa disebut juga tiroid yang terlalu aktif. Hipertiroid dapat memengaruhi seluruh tubuh dan merupakan kondisi atau penyakit yang perlu ditangani oleh penyedia layanan kesehatan. Apa bahayanya?

Kasus harian Covid-19 di Indonesia per Selasa (14/6/2022) bertambah 930, menjadi yang terbanyak sejak April lalu. Satgas Covid-19 RI juga telah mencatat kalau kasus positif mingguan di Indonesia memang telah meningkat sejak awal Juni lalu. Apakah akan terjadi gelombang baru di Indonesia?

Simak selengkapnya di bawah ini!

1. Bahaya Penyakit Hipertiroid yang Perlu Diketahui, Sadari Gejalanya Sedini Mungkin

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Meroket Hingga Nyaris Seribu, Bakal Ada Gelombang Baru?

Ilustrasi gambar bahaya penyakit hipertiroid. (freepik)
Ilustrasi gambar bahaya penyakit hipertiroid. (freepik)

Hipertiroid adalah suatu kondisi di mana tiroid Anda menciptakan dan melepaskan lebih banyak hormon daripada yang tubuh Anda butuhkan. Ini bisa disebut juga tiroid yang terlalu aktif. Hipertiroid dapat memengaruhi seluruh tubuh dan merupakan kondisi atau penyakit yang perlu ditangani oleh penyedia layanan kesehatan. Adapun bahaya penyakit hipertiroid akan diulas di sini.

Diketahui, tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar sendiri adalah organ yang dapat ditemukan di seluruh tubuh. Ketika kelenjar tiroid dalam tubuh bekerja dengan benar, maka tubuh akan seimbang dan semua sistem akan berfungsi dengan baik. 

Baca selengkapnya

2. Kasus Covid-19 di Indonesia Meroket Hingga Nyaris Seribu, Bakal Ada Gelombang Baru?

Petugas menyiapkan kamar yang akan digunakan sebagai ruang perawatan di Tower 8 Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Pademangan, Jakarta, Selasa (15/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas menyiapkan kamar yang akan digunakan sebagai ruang perawatan di Tower 8 Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Pademangan, Jakarta, Selasa (15/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Kasus harian Covid-19 di Indonesia per Selasa (14/6/2022) bertambah 930, menjadi yang terbanyak sejak April lalu. Satgas Covid-19 RI juga telah mencatat kalau kasus positif mingguan di Indonesia memang telah meningkat sejak awal Juni lalu. 

Baca Juga: Satgas Belum Bisa Ungkap Penyebab Utama Kenaikan Kasus Covid-19 di Indonesia

Epidemiologi Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman mengatakan bahwa gelombang baru di Indonesia mungkin saja terjadi. Terlebih, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah masuk ke Indonesia. 

Baca selengkapnya

3. Sebanyak 14 Persen Orang di Dunia Pernah atau Sedang Menderita Penyakit Lyme

Ilustrasi kutu [Shutterstock]
Ilustrasi kutu [Shutterstock]

Sebuah analisis baru yang terbit pada Senin (13/6/2022) menunjukkan bahwa lebih dari 14 persen populasi dunia diduga menderita penyakit Lyme.

Penyakit Lyme adalah penyakit tick-borne yang paling umum di Eropa dan Amerika Utara, tetapi tidak tersebar merata di seluruh dunia.

Baca selengkapnya

4. Jangan Anggap Sepele, Ini Dampak dan Penyebab Bullying di Sekolah

Perilaku bully bisa tumbuh pada anak. Penyebabnya beragam, mulai dari rumah hingga sekolah. Kenali beragam penyebab bully berikut ini. (Ilustrasi/pixabay)
Perilaku bully bisa tumbuh pada anak. Penyebabnya beragam, mulai dari rumah hingga sekolah. Kenali beragam penyebab bully berikut ini. (Ilustrasi/pixabay)

Kabar seorang siswa MTS di Sulawesi Utara yang meninggal dunia akibat dirundung atau dibully teman-temannya di sekolah, mengagetkan banyak pihak.

Keberadaan kasus tersebut menunjukkan kalau perilaku bully atau perundungan masih ada dan terjadi di institusi pendidikan.

Baca selengkapnya

5. Omicron BA.4 dan BA.5: Gejala, Penyebab, dan Perbedaannya

virus corona, covid-19, omicron BA.4 dan BA.5 (Freepik)
virus corona, covid-19, omicron BA.4 dan BA.5 (Freepik)

Setelah sempat mereda, ternyata kabar terbaru menyebutkan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendeteksi subvarian baru Covid-19, yaitu Omicron BA.4 dan BA.5.

Melalui data Kemenkes, terdapat empat kasus varian baru Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5 yang telah dilaporkan pada tanggal 6 Juni 2022 lalu. Lantas, seperti apa gejala, penyebab, serta perbedaan kedua varian tersebut?

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI